Menurut Arkam, yang memiliki pengetahuan teknis tentang kewarganegaraan dan ketahanan nasional adalah TNI. Karena itu, mahasiswa dianggap perlu mahasiswa mendapatkan pengetahuan teknis tentang ketahanan nasional dan wawasan ketatanegaraan. "Diharapkan ada proses transformasi ilmu tentang permasalahan negara dan cara menghadapinya," kata Arkam.
Jika pengetahuan ketatanegaraan dan ketahanan nasional kurang dipahami, potensi melakukan teror sangat terbuka. Jadi, pengetahuan itu harus dimiliki para generasi muda dan seluruh mahasiswa. "Setiap tahun kami akan membawa mahasiswa semester dua Fakultas Sospol kuliah di Kodam," kata Arkam.
Kepala Staf Kodam VII TNI Wirabuana Brigadir Jenderal Subekti yang menjadi pengajar kuliah umum itu mengatakan, pemuda dan mahasiswa harus memiliki wawasan administrasi negara dan ketahanan negara. Dengan begitu bisa menangkal aksi teror yang selama ini terjadi. Misalnya ancaman teroris, Negara Islam Indonesia, radikalisme atas nama agama, dan teror lainnya. "Aksi teror yang selama ini terjadi karena kurangnya kesadaran terhadap ketahanan negara," kata Subekti.
Subekti menyambut baik inisiatif mahasiswa kuliah bersama anggota TNI. Subekti berencana akan menyampaikan kepada seluruh Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Akademik agar mengarahkan mahasiswa kuliah ketatanegaraan di Kodam. "Nanti saya akan hubungi pejabat kampusnya, khususnya Pembantu Rektor III," kata Subekti.
Menurut Darmawansyah, Ketua Kelas Mahasiswa Semester II Fakultas Sospol Unismuh, kuliah ketatanegaraan yang dilaksanakan di Kodam memberi suasana baru proses belajar-mengajar.
SAHRUL