TEMPO Interaktif, Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menyatakan status waspada banjir setelah permukaan air Sungai Bengawan Solo terus meninggi dalam 10 jam terakhir.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, sejak Selasa pagi, 3 Mei 2011, ketinggian permukaan air—pada papan duga—menunjuk pada angka 14,95 phielschaal.
“Melihat situasi permukaan air yang terus meningkat, bisa kami sebut Bojonegoro dalam status waspada banjir,” kata Kepala BPBD Bojonegoro, Kasiyanto, ketika dihubungi Tempo, Selasa, 3 Mei 2011.
Peningkatan permukaan air Sungai Bengawan Solo bahkan sudah mulai terjadi sejak Senin siang, 2 Mei 2011.
Pada jam 12.00 WIB, permukaan air pada papan duga sudah sampai pada angka 14.43 phielschaal. Lalu, terus meninggi menjadi 14.47 phielschaal pada jam 13.00 WIB. Satu jam kemudian, yakni jam 14.00 WIB meningkat lagi menjadi 14.50 phielschaal.
Baca Juga:
Sejumlah kawasan di Kabupaten Bojonegoro juga sudah terendam banjir. Untuk Kecamatan Kota Bojonegoro, banjir menggenangi Kelurahan Ledok Kulon, Ledok Wetan, Jetak, dan sebagian Kauman.
Ketinggian air di pekarangan rumah mencapai 0,5 meter hingga 1 meter. Air juga sudah masuk ke dalam rumah setinggi sekitar 40 sentimeter.
Sementara itu, di Kecamatan Dander, seperti di Desa Ngulanan dan Desa Ngablak, ketinggian air di jalan desa sudah mencapai 1 meter.
Adapun hampir separuh jumlah desa di Kecamatan Balen, Kecamatan Kanor, dan sekitarnya, air sudah masuk ke rumah warga dengan ketinggian rata-rata 1 meter.
”Kami berharap tidak terus turun hujan agar situasi tidak semakin parah,” ujar Kasiyanto pula.
Banjir juga telah menenggelamkan ratusan hektare tanaman padi siap panen. Di Kecamatan Trucuk, seperti di Desa Padang dan sekitarnya, air di persawahan sudah mencapai rata-rata 1,5 meter.
Demikian pula di Desa Sudu, Manukan, Ringinharjo, dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Kalitidu, banjir juga menenggelamkan tanaman padi siap panen.
Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, para petani melakukan panen dini. Misalnya, petani di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, dan sebagian di Desa Ngablak, telah memanen padinya. Padahal, masa panen masih sekitar 10 hari lagi.
“Daripada padi membusuk, lebih baik dipanen saja,” ucap Kasmuri, salah seorang petani di Desa Ngablak, Kecamatan Dander.
Banjir juga mencemaskan warga yang bermukim di pinggir Sungai Bengawan Solo, seperti di Kecamatan Kalitidu, Trucuk, Padangan, Purwosari, Kecamatan Kota, Kapas, Kanor, dan sebagian wilayah di Kecamatan Malo.
Saat ini Bojonegoro diselumuti mendung. Jika hujan lebat seperti yang terjadi pada Senin sore, 2 Mei 2011, permukaan air Sungai Bengawan Solo akan terus meningkat sehingga bisa meluap ke kawasan permukiman dan lahan pertanian.
”Jelas saja kami khawatir,” tutur Amin, warga Kelurahan Ledok Kulon, Kota Bojonegoro.
SUJATMIKO.