TEMPO Interaktif, Kediri - Pemerintah Kabupaten Kediri meragukan keaslian situs Calon Arang yang ditemukan di Dusun Butuh, Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah. Meski banyak dikunjungi sejarawan dan wisatawan Bali, situs itu dibiarkan terbengkalai di tengah kebun tebu.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kediri, Edi Purwanto, mengaku telah mengetahui keberadaan situs itu sejak beberapa tahun lalu. Situs itu berdiri di atas lahan milik perseorangan di tengah areal tanaman tebu. Tak ada akses jalan memadai ke lokasi itu selain jalan setapak berupa pematang sawah. "Lokasinya sulit dijangkau," kata Edi kepada Tempo, Selasa (26/4).
Menurut Edi, hingga kini belum ada satu pun peneliti maupun sejarawan yang bisa membuktikan keterkaitan situs tersebut dengan legenda Calon Arang. Untuk menghindari polemik, Pemerintah Kabupaten Kediri telah meminta bantuan arkeolog Yogyakarta untuk meneliti situs itu. "Terus terang kami meragukannya," kata Edi.
Atas alasan itu pula pemerintah tidak tergerak melakukan ekskavasi di lokasi penemuan situs. Perbaikan tempat maupun akses jalan hanya akan dilakukan jika hasil penelitian arkeolog Yogyakarta keluar. Edi berdalih tak ingin berspekulasi mengeluarkan biaya besar untuk pembebasan lahan dan pembangunan infrastruktur demi sesuatu yang belum pasti.
Masyarakat di Dusun Butuh sendiri meyakini situs tersebut sebagai tempat tinggal Calon Arang, seorang janda yang memiliki ilmu kedigdayaan tinggi. Perempuan ini konon telah menebarkan tenung atau kutukan berupa penyakit setelah cinta anaknya kandas. Nama Calon Arang bahkan telah mendunia melalui drama tari kolosal yang diklaim sebagai hasil kesenian asli Bali.
Dari pengamatan Tempo, terdapat dua buah batu yang merupakan ambang pintu dari bahan batu andesit di lokasi itu. Ambang pintu pertama berukuran panjang 135 cm, lebar 56 cm, dan tebal 29 cm. Ambang pintu kedua berukuran panjang 137 cm, lebar 38 cm dan tebal 23 cm. Pada sisi atas di sebelah kanan dan kiri terdapat dua lubang segi empat dan lingkaran. Kemungkinan ini dipakai tempat pilar penyangga semacam kusen pintu.
Selain ambang pintu, terdapat empat buah umpak dari bahan batu andesit yang rata-rata berukuran panjang bawah 50 cm, panjang atas 45 cm, lebar bawah 50 cm, lebar atas 45 cm, dan tinggi sekitar 50 cm. Keempat umpak batu berbentuk prisma itu diperkirakan merupakan pondasi penyangga empat sudut rumah. Dua balok batu dari bahan batu andesit juga tampak di sekitar umpak dengan ukuran yang hampir sama.
Hingga saat ini, tempat itu masih kerap didatangi wisatawan dari pulau dewata. Mereka mendengar keberadaan situs Calon Arang ini dari sejumlah sejarawan Bali yang melakukan penelitian di tempat itu. "Pada hari-hari tertentu ada ritual di tempat ini," kata Suroso (53), seorang petani tebu di sekitar lokasi situs.
Budayawan Kediri, J Sutjahjo Gani, menuding pemerintah tak memiliki kepedulian pada peninggalan benda bersejarah. Situs Calon Arang, menurut dia, merupakan salah satu dari sekian situs peradaban kuno yang telantar. Situs lain yang juga dibiarkan mangkrak dan menjadi legenda adalah Panji. "Kalau ada orang luar mengklaim, baru protes," kata Gani.
HARI TRI WASONO