Luka paling parah dialami Mustofa, 65 tahun, warga Setrojenar. Di sekujur tubuhnya terdapat luka lebam. “Saya baru pulang dari sawah tiba-tiba tentara datang dan memukuli saya dengan popor dan besi,” kata Mustofa tergeletak lemah di ranjang bangsal Teratari Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen.
Mustofa mengaku dipukul di sekujur tubuh seperti dada, tengkuk, punggung dan kepala. Meski sudah tak berdaya, tentara tetap memukulinya. Akibat pukulan itu, ia sempat muntah darah dan telinganya mengeluarkan darah. Sisa-sisa darah masih terlihat di telinganya.
Kepala Desa Setrojenar tak luput dari aksi itu. Surip Supangat mendapat luka tembak di pantat. Luka tembak juga diderita Mulyanto, Salwandi, dan Kusriyanto.
Dari korban kekerasan tersebut, yang termuda Kasantri, 19 tahun. Kakinya patah terkena pukulan popor tentara.
Empat dari sembilan warga Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen menjadi korban kekerasan oleh TNI Angkatan Darat. Sembilan orang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen. Para korban mengalami luka di kepala dan tubuh mereka. Di baju yang mereka pakai terdapat bekas lumuran darah.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer IV Diponegoro Letkol Inf Zaenal mengakui TNI melakukan kekerasan terhadap warga. “Warga merusak fasilitas. Sudah berkali-kali diperingatkan dengan tembakan ke udara, tetapi penduduk tetap nekad masuk. Ada empat orang warga yang terkena peluru karet," dia menjelaskan.
Beberapa tokoh Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan belum diketahui keberadaannya. Sejumlah warga mengaku tak mengetahui dan tak bisa menghubungi para tokoh itu.
ARIS ANDRIANTO