Rencananya, penobatan dilakukan oleh Haji Zainal Arifin selaku Imam di Masjid Agung Nurul Huda – tempat acara penobatan - yang berjarak 200 meter dari rumah tinggalnya di Bala Kuning, atau hanya belasan meter dari Istana Dalam Loka. ‘’Acaranya di dalam masjid tanpa dihadiri orang perempuan,’’ ujar pengarah acara Muhammad Ikraman.
Ada sepuluh raja se Indonesia yang akan hadir. Mereka antara lain Gusti Kanjeng Ratu Hemas istri Sultan Hamengku Buwono X dari DI Yogyakarta, Ida Tjokorda Ngurah Dampu Pemecutan Bali, Nesi Nope Amanuban dari Niki-Niki Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur.
Prosesi sudah dilakukan sejak Minggu (3/4) lalu berupa pengambilan air khusus untuk kelengkapan Basiram dari Ai Sumer Bater di Kelurahan Brang Bara, Ai Ai Awak di Kelurahan Seketeng, Ai Tangkep di Kelurahan Brang Biji dan Ai Let di Desa Labuhan Sumbawa.
Pagi ini juga dilakukan prosesi Basiram (mandi suci) Sultan beserta istrinya Andi Tenri Djadjah Burhanudin, asal Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, Kaharuddin yang lebih dikenal Daeng Ewan yang dilahirkan di Sumbawa Besar, 5 April 1941 dikukuhkan sebagai Sultan Sumbawa berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 05/MR-LATS/2.1/1432-2011 sewaktu dilakukan Muzakarah Rea Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) , pada Januari lalu di Istana Dalam Loka.
Pengukuhan ini dilakukan atas dasar pandangan dan amanat dalam Muzakarah Rea LATS, juga memperhatikan posisi DMA Kaharuddin yang telah dinobatkan sebagai putra mahkota sejak kelahirannya. SK pengukuhan ini diteken Ketua Panitia Mudzakarah Rea LATS, Prof. DR. Syaifuddin Iskandar yang juga Rektor Universitas Samawa di Sumbawa Besar.
Kaharuddin yang sebelumnya berkarir terakhir sebagai Direktur Muda Bank Bumi Daya dan kini Komisaris Bank NTB mengatakan kedudukan dirinya sebagai Sultan tidak sama dengan zaman dulu. ‘’Tidak sebagai alternatif pemerintah,’’ katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID