TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono menginstruksikan para dokter Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menjemput bola para pasien Tubercolosis (TB). Menurut dia, tanpa jemput bola para pasien ini enggan berobat karena penderita merupakan masyarakat miskin dan pengetahuannya kurang. Padahal pertambahan penyakit ini mencapai 200 ribu pertahun, dengan tingkat kematian 61 ribu orang.
"Bekerja jangan hanya di belakang meja tapi juga mencari pasien, kami mengharapkan mereka ke lapangan," kata Boediono dalam sambutan Peringatan Hari Tubercolosis Sedunia di Kantor Wakil Presiden, Kamis 24 Maret 2011.
Baca Juga:
Penderita Tubercolosis di Indonesia diperkirakan mencapai 430 ribu orang dengan pertambahan penderita tiap tahun meningkat. Sehingga, menurut Wakil Presiden, perlu adanya sosialisasi yang lebih gencar ke masyarakat terpencil dan pedalaman. Hal itu karena sebagian besar penderita berada di pemukiman pedesaan dan terpencil. "Perlu ada sosialisiasi, tidak hanya melibatkan dokter dan petugas, tapi juga keterlibatan kelompok masyarakat," katanya.
Boediono menegaskan pengobatan gratis juga harus terus dilaksanakan mengingat para penderita tidak memiliki banyak uang. Selain itu, Ia menghimbau ada pemberian makanan suplemen untuk mempercepat penyembuhan TB yang bisa dilakukan dengan dana dari para donor. "Bisa dihidupkan lagi dan dilaksanakan. Itu bagian dari program mengatasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat," ujarnya.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mendukung instruksi agar dokter di Puskesmas menjemput dan mencari para pasien di pedesaan. Langkah ini, menurutnya, penting karena pengetahuan masyarakat di pedesaan masih sangat kurang. Menurut Agung banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa pengobatan TB gratis. " Anggarannya berasal dari APBN dan Global Fund," katanya.
Dalam upaya sosialisasi, pemerintah telah memperluas pos kesehatan desa yang melaksanakan pelayanan TB melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat, penemuan secara aktif bagi kelompok yang rentan TB bekerjasama dengan Askes, Jamsostek, dan Jamkesmas. Selain itu, Ia mengharapkan juga adanya penemuan baru dalam penanganan pasien TB.
Agung mengklaim pelaksanaan penurunan pasien TB sudah sesuai dengan target Milenium Development Goals yaitu menurunkan 50 persen angka kesakitan dan kematian akibat TB pada 2015. Ia menuturkan penemuan kasus TB tahun 2010 mencapai 77,3 persen dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 89,7 persen. Sedangkan angka kematian akibat TB berhasil diturunkan lebih dari 50 persen dari 92 per 100 ribu orang pada 1990 menjadi 27 per 100 ribu orang tahun 2010.
Ia mengajak keterlibatan dari pemerintah daerah baik di provinsi dan kabupaten maupun kota. Hal itu dengan sistem desentralisasi. Agung meminta adanya pembagian peran dan tanggung jawab antara pemerintah pusat, daerah dan para pemangku kepentingan dalam penyusunan strategi nasional pengendalian TB.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan TB ini gampang sekali menular. Misalnya, rumah yang terlalu sesak, kurang higienis, faktor pencahayaan, lantai masih tanah dan kebiasan perilaku saat berbatuk. tiIa menjelaskan satu orang dalam satu rumah bisa menyebarkan ke 10 orang.
EKO ARI WIBOWO