Tingginya minat masyarakat untuk menjadi pegawai kantor atau menjadi pegawai negeri memicu tingkat pengangguran karena mereka tidak memiliki alternatif lain sebagai peluang kerja.
Budi menjelaskan, berdasarkan data bulan Agustus 2010, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 826.893 orang dari 37 juta jiwa penduduk Jawa Timur.
Adapun jumlah angkatan kerja berkisar 20 juta per tahun, dengan ketersediaan lowongan kerja sebesar 19 juta per tahun. “Masih belum imbang antara lapangan kerja dan pencari kerja,” kata Budi usai mengikuti seminar internasional tentang peluang kerja dan belajar ke luar negeri bagi tenaga keperawatan dan kesehatan di Hotel Lotus Kediri, Jumat (4/3).
Rendahnya penyerapan tenaga kerja, menurut Budi, akibat minimnya kualifikasi pekerja yang dibutuhkan perusahaan. Hal ini di antaranya ditentukan dari tingkat pendidikan dan kemampuan pencari kerja. “Sudah tidak ada perusahaan yang mau menerima tenaga lulusan sekolah dasar dan menengah pertama,” papar Budi.
Selain kualifikasi pekerja, minimnya informasi lowongan kerja yang diterima pencari kerja, terutama di pedesaan, turut mempengaruhi pengangguran terbuka. Dan satu hal yang sulit dihilangkan dari masyarakat adalah tingginya ekspektasi pada pekerjaan kantoran seperti pegawai negeri.
Pola pikir inilah yang menurut Budi menghambat pertumbuhan kerja saat ini. Sebab masyarakat seolah-olah belum menganggap memiliki pekerjaan layak jika tidak menjadi pegawai negeri atau kantoran. “Dorongan keluarga untuk menjadi pegawai kantoran juga masih besar,” ucap Budi.
Tahun 2010, rasio pencari kerja, jumlah lowongan, dan kualifikasi pekerja sebesar 4:2:1. Artinya dari empat pekerja yang memperebutkan dua lowongan hanya tersaring satu orang yang memenuhi kualifikasi. Rasio ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 sebesar 7:2:1.
Masih menurut data Disnakertransduk Jawa Timur, daerah yang memiliki angka pengangguran terbuka terbesar adalah Sidoarjo. Disusul Madiun, Mojokerto, Pasuruan, dan Malang. Kelompok pengangguran ini berangsur-angsur mulai bergeser ke jenjang lebih tinggi, yakni diploma dan sarjana.
Saat ini pemerintah terus memacu semangat enterprenuer pelajar dan mahasiswa. Mereka diharapkan tidak menjadi pencari kerja di instansi pemerintah maupun swasta, melainkan harus mampu menciptakan peluang kerja sendiri. HARI TRI WASONO.