TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan fenomena kenaikan angka kelebihan gizi pada balita dan anak-anak di Indonesia bisa menimbulkan ancaman serius. Bahkan, angka kelebihan gizi tersebut terus bertambah setiap tahunnya.
“Ini salah satu tantangan sekaligus ancaman masalah gizi ke depannya,” ujar Endang dalam sambutan puncak perayaan Hari Gizi Nasional di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (25/1).
Endang mengatakan fenomena kelebihan gizi di kalangan balita dan anak-anak tak lepas dari perhatian berlebih dari orang tua dalam memberikan asupan gizi bagi anak-anaknya.
Berdasarkan dara Riset Kesehatan Dasar 2010, tercatat sekitar 14 persen balita Indonesia berlebihan gizi. Menurut Endang, angkanya bisa sama dengan balita kurus. "Awalnya, mungkin baik tetapi bila dibiarkan justru akan mengancam masa depan si anak,” kata dia.
Khusus kelompok anak dengan usia di atas 15 tahun, prevalensi terjadinya obesitas sudah menunjukkan angka 19,1 persen dengan perbandingan sekitar 14 persen disumbangkan dari keluarga mampu (kaya) berbanding 13,7 persen dari kalangan keluarga miskin.
Data Riskesdes 2010 juga menunjukkan prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 17,9 persen. Menurut Endang, angka tersebut sudah turun dari kisaran 31 persen tahun 1990. “Kita masih menemukan sekitar 3,7 juta balita Indonesia yang kekurangan gizi,” ujarnya.
Masalah lainnya adalah kategori anak Indonesia yang tergolong pendek yang mencapai angka 35,7 persen. “Masalah ini lebih disebabkan faktor gizi kronis dari orang tuanya,” ujarnya.
ntuk menekan terjadinya masalah gizi, ujar Endang, Kementerian Kesehatan kini tengah gencar menggulirkan beberapa program, seperti fortifikasi atau penambahan zat tertentu pada beberapa bahan makanan pokok yang selama ini dikonsumsi mayoritas masyarakat Indonesia.
Menurut ahli gizi Profesor Sukirman, program tersebut cukup efektif menekan terjadinya masalah gizi masyarakat Indonesia. Hingga kini, kata dia, program tersebut baru diterapkan pada tepung terigu dan menyusul minyak goreng pada tahun ini serta beras pada tahun depan. Minyak goreng akan ditambahi vitamin A sedangkan beras ditambahi zat besi. "Itu kan penting sebab menjadi mayoritas makanan masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Jayadi Supriadin