"Kami butuh beras ini, tapi kok tidak juga dibagikan. Jadi kami inisiatif datang ke balai desa mau nebus," kata Yatina diamini warga lainnya, Rabu (19/1).
Puluhan warga miskin itu kecewa karena beras yang diharap ternyata tidak ada di balai desa. Padahal, Yatina dan warga miskin lain di Desa Marengan Laok sudah menyetorkan uang tebusan Rp 30 ribu kepada masing-masing ketua rukun tetangga. Tapi, beberapa hari lalu, ketua RT mengembalikan uang itu lagi kepada warganya karena beras untuk warga miskin ke-13 tidak ada. "Padahal kami ini mau beli, kok tidak ada," ujar Yatina.
Hilangnya jatah beras untuk warga miskin ke-13 itu dianggap tidak wajar. Wakil Ketua Badan Pertimbangan Desa Marengan Laok, Sahari, mengaku sempat mengikuti rapat dengan perangkat desa soal pembagian beras itu. Saat itu dia melihat, tumpukan beras ada di rumah kepada desa Marengan Laok Muhammad. "Kok sekarang bisa tidak ada," tuturnya.
Sahari juga mengkritik harga beras untuk rakyat miskin yang ditetapkan yaitu Rp 3 ribu per kilogram. Harga itu, lanjut dia, lebih mahal dari harga beras sebelumnya yang hanya Rp 1.600 perkilogram. Menurut dia, khusus untuk beras untuk warga miskin ke-13, perangkat desa boleh menaikkan harga beras karena tidak ada biaya operasional dari pemerintah sehingga biaya distribusi dibebankan kepada penerima manfaat beras itu.
Beberapa saat kemudian, Kepada Desa Marengan Laok Muhammad datang untuk menemui perwakilan warga yang meminta jatah beras. Namun saat pertemuan berlangsung, Muhammad bukannya memberikan penjelasan tapi malah menantang duel Sahari. Dia emosional ketika ditanya soal hilangnya beras untuk warga miskin tahap ke-13. "Ayo kita selesaikan di luar," kata Muhammad kepada Sahari.
Beruntung ketegangan itu tidak berlanjut setelah Kepala Kepolisian Sektor Kalianget Ajun Komisaris Suwandi mempersilakan keduanya berduel di dalam sel tahanan polsek. "Sudah jangan ribut, kalau mau berkelahi di sel polsek masih luas," ujar Suwandi.
Mendengar itu, Muhammad duduk kembali dan memberikan penjelasan. Dia mengatakan beras untuk rakyat miskin tahap ke-13 sudah ditebus dari gudang bulog, namun belum dibagikan karena pendistribusiannya berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya yakni ditangani sendiri oleh perangkat desa dan tidak oleh bulog. "Raskin ke-13 bukan hak warga seperti biasanya, tergantung kades teknis pembagiannya. Yang pasti akan dibagikan," terang Muhammad.
MUSTHOFA BISRI