TEMPO Interaktif, Bandung -Meski mendapat penolakan masyarakat dan tidak direkomendasikan Kementrian Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bandung tetap akan membangun incinerator atau pengolahan sampah dengan pembakaran. "Yang menolak tinggal sedikit dan Bandung butuh pengolahan sampah," kata Walikota Dada Rosada Senin (28/12).
Dada meyakinkan pembangunan incinerator itu aman bagi lingkungan sekitar karena pembakaran dilakukan secara sempurna. Kawasan di Gedebage itu menurut Dada cukup untuk pembangunan incinerator dan green belt atau buffer zone. "Tahapannya tinggal menunggu persetujuan perdannya. Setelah itu segera ditenderkan. Karena masih ada pengusaha yang menamkan modalnya," ujarnya.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Edi Siswadi menegaskan investasi untuk membangun pengolahan dan pemrosesan sampah masih dihitung. Namun, kisarannya masih sekitar Rp 600 miliar sampai Rp 1,2 triliun."Yang akan dianut adalah teknologi dari cina. Namun pemerintah akan sangat selektif dalam memilih teknologinya. Jangan sampai teknologinya jadi sampah. Dan pemerintah akan menjaminnya," katanya.
Pada kesempatan yang sama Direktur Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta Badan Perencanaan Nasional Bastary Panji Indra menegaskan sekitar 200 juta ton dari 1 miliar sampah atau sekitar 20 persen sampah dunia diproses sebagian besar memakai teknologi incinerator."Konsep ini sangat efektif dan cepat dalam memusnahkan sampah yang diproduksi dalam jumah besar," katanya.
Bastary mencatat, sampai saat ini terdapat 400 incinerator di berbagai negara Eropa, 2.000 di Jepang, 70 di Cina, dan 200 di Amerika Serikat. Pemerintah Kota Bandung sendiri harus mengkaji berbagai aspek diantaranya hukum, teknik dan lingkungan, kelayakan, serta bentuk kerjasama, kebutuhan dukungan atau jaminan pemerintah. "Bappenas mendorong pemerintah kota Bandung untuk mengambil langkah konkrit dalam menyelesaikan permasalah sampah yang sangat mendesak," katanya.
Sebelumnya, R Sudirman Asisten Deputy Pengolahan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup tidak merekomendasikan Pemerintah Kota untuk membangun pengelolaan sampah dengan teknologi incinerator "Selain biayanya mahal, juga dampak polusinya juga tinggi. Teknologi ini tidak jadi prioritas kementrian," ujarnya.
ALWAN RIDHA RAMDANI