"Waktu hujan (semalam)ada suara keras, "gebrug!" Beberapa saat kemudian ada suara Mama Afid (Sarifah) manggil-manggil sambil nangis, Afid, Afid, Afid," tutur Sofi sambil terisak, Selasa (30/11) pagi.
Spontan, Sofi pun memburu sumber suara, kamar keluarga Sarifah. "Pas saya datang, kamarnya sudah tertimbun tanah dan terendam air, dindingnya rubuh," kata perempuan 19 tahun itu. Sofi lalu menelepon ayahnya, Yayat (50), yang tinggal di rumah terpisah di bagian bawah kampung.
"Pas saya datang, saya lihat Sofi sedang membuang air yang masuk rumah. Kamar adik saya (Sarifah) tertimpa longsor sampai dinding kamarnya rubuh, Sarifah serta suaminya, Rohendi dan anaknya, Mohamad Hafid tetimbun," kata Yayat yang tiba di lokasi sekitar pukul 21.30.
Sejurus kemudian, para tetangga berdatangan, membantu evakuasi. Setelah mengais longsoran hanya dengan tangan hingga sekitar pukul 23.00, warga pun menemukan pasangan Rohendi-Sarifah sudah tanpa nyawa.
"Saat ditemukan, anak mereka, Hafid, masih bernafas. Tapi kemudian meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit Borromeus," kata Ketua RW setempat, Ahmad Saemi.
Baca Juga:
Ketiga korban dimakamkan di lahan kosong, di sebelah utara rumah yang menghadap arah matahari terbit itu. Seratusan tetangga dan kerabat melayat.
Dari pantauan di lokasi, rumah korban berdiri di tebing bukit yang menurun dari utara atau kawasan Jalan Bukit Dago Pakar Timur ke arah kompleks elit Dago Resort. Tinggi tanah yang longsor tergerus air hujan sejatinya hanya setinggi wuwungan rumah atau sekitar 2 meter dan berjarak kurang dari satu meter dari dinding belakang rumah. Namun itu cukup untuk menjebol hingga rubuh dinding belakang kamar tidur keluarga Rohendi.
Hingga Selasa pagi, runtuhan dinding, longsoran tanah bercampur air tampak masih memenuhi kamar tidur para korban yang kini nyaris tanpa dinding belakang. Di dalam kamar itu antara lain tampak lemari dan televisi yang penuh lumpur.
ERICK P HARDI