TEMPO Interaktif, Kupang: Sebanyak 24 warga eks Timor-Timur (Timtim) yang telah menetap di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak jajak pendapat tahun 1999, memilih kembali tanah kelahirannya. Pasalnya, di Indonesia mereka tidak miliki lahan untuk membuat rumah dan berkebun.
Kembalinya mereka ke Timor Leste difasilitasi Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli terhadap Warga Eks Tim-tim yakni Forum Peduli Perempuan dan Anak (FPPA) dan CIS Timor melalui Pos Lintas Batas Mota'ain, Selasa (19/10).
Paulino Dos Santos, 65 tahun, warga kamp Gurita Kecamatan Kakulukmesak, Belu, mengatakan, keluarganya memutuskan kembali ke Timor Leste karena tidak memiliki lahan untuk tempat tinggal dan berkebun. Selama berada di Indonesia sejak eksodus tahun 1999, keluarga telah berpindah tempat sebanyak empat kali. Tempat tinggal terakhir sudah dipatok untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Di Timor Leste, ia bersama keluarganya akan kembali ke tempat asalnya di Liquisa, Timor Leste. Diakuinya, di tanah kelahiran, mereka masih milik rumah dan lahan untuk berkebun. "Daripada harus terus berpindah-pindah, maka kami putuskan untuk kembali ke Timor Leste," katanya.
Hal senada juga diungkapkan, Joaquin Cortereal, 46 tahun, warga asal Kamp Sukabitetek, Kecamatan Raimanuk. Keinginan kembali ke Timor Leste adalah keinginan pribadi, karena tidak adanya lahan bagi untuk tinggal dan menggarap lahan untuk berkebun. "Kami pulang ke Timor Leste bukan karena paksaan, tapi masalahnya kami tidak punya lahan di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Koordinator CIS Timor, Deonato Moreira mengatakan pihaknya bersama dengan Grupo Servisu ba Repatriasaun (sebuah kelompok yang bekerja untuk repatriasi di Timor Leste) akan terus berupaya membantu atau memfasilitasi warga eks Timtim yang akan kembali secara sukarela ke Timor Leste. "Masih banyak yang ingin kembali ke tanah kelahirannya, namun kami harus melakukan pengecekan terlebih dahulu," katanya.
YOHANES SEO