TEMPO Interaktif, Madiun – Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Korban Keganasan PKI Tahun 1948 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, tiap 1 Oktober kembali digelar.
Sayangnya, sejarah monumen sama sekali tidak dibacakan. Padahal lokasi yang kini dijadikan monumen itu sangat bersejarah karena pernah jadi tempat pembantaian masyarakat sipil, polisi, dan tentara oleh militer Partai komunis Indonesia (PKI). Di kawasan ini dibangun monumen yang di dalamnya tertulis nama-nama 17 korban keganasan PKI. Sedangkan di atas bukit terdapat patung besar yang menggambarkan kekejaman orang-orang PKI.
Prosesi upacara dilakukan secara standar sebagaimana upacara di tempat lain dengan membacakan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, mengheningkan cipta, dan ikrar serta doa. Prosesi tabur bunga atau hanya sekadar melihat monumen nama-nama korban pun tak dilakukan.
Bahkan seusai upacara, para pejabat pemerintahan, kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di Kota dan Kabupaten Madiun itu malah asik berpose foto di depan patung besar yang berada di atas bukit di kawasan monumen. “Jangan lupa nanti minta file fotonya ya?” ujar seorang perwira TNI pada salah satu juru foto di bagian Humas.
Wali Kota Madiun Bambang Irianto bertindak selaku Inspektur Upacara dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Madiun Tohir Rochani membacakan teks ikrar yang berisi tekad anak bangsa dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ditandatangani Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI).
“Dengan banyaknya rongrongan dari dalam dan luar negeri yang bisa menumbangkan ideologi Pancasila, maka kami berikrar akan tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Tohir.
Salah satu saksi sejarah keganasan PKI di Madiun tahun 1948, Masnan, berpesan pada generasi bangsa agar berhati-hati. “Saya berpesan agar generasi penerus sekarang berhati-hati dalam berpolitik dan tetap mempertahankan NKRI dan Pancasila,” ucap veteran yang pernah ikut berjuang melawan PKI di Madiun waktu itu.
Menurutnya, waktu itu banyak tokoh PKI yang sebenarnya berasal dari luar Madiun yang melakukan gerakan pemberontakan tahun 1948. Namun akhirnya TNI yang waktu itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), menerjunkan beberapa batalyon pasukan TNI Angkatan darat (AD) dari Komando Daerah Militer (Kodam) Siliwangi yang bergerilya dari Jawa Barat menuju Jawa Tengah hingga Madiun, Jawa Timur.
“Saya waktu itu selamat dan sempat lari ke wilayah Caruban (Kecamatan Mejayan) dengan melewati hutan belantara saat dikejar-kejar orang-orang PKI,” katanya.
ISHOMUDDIN
Sejarah Monumen Korban PKI Tak Dibacakan, Para Pejabat Malah Asik Berpose Foto
Jumat, 1 Oktober 2010 13:56 WIB