“Status Gunung merapi sudah dinaikkan dari normal ke waspada sejak 20 September lalu, karena aktivitasnya juga meningkat,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyeledikan, dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sri Sumarti, Jumat (24/9).
Lebih lanjut ia menjelaskan, saat kondisi normal, data kegempaan mencatat gempa multifase Gunung Merapi rata-rata lima kali per hari dan gempa vulkanik rata-rata satu kali per hari. Dalam satu minggu terakhir gempa multifase tercatat rata-rata 38 kali per hari dan gempa vulkanik 11 kali per hari.
Alat untuk mendeteksi aktivitas Gunung Merapi yang lain adalah menggunakan Electronic Distance Maeasurement (EDM) atau yang disebut jarak tunjam titik pengamatan hingga ke reflektor di puncak Gunung Merapi.
Alat itu mencatat terjadi pemendekan jarak EDM. Dalam kondisi norml EDM per hari sekitar 0,1 hingga 0,3 milimeter, sedangkan saat ini EDM tercatat mencapai 11 milimeter per hari.
“Manifestasi (kenampakan permukaan gunung) Merapi memang belum terlihat, tetapi masyarakat sekitar gunung apalagi yang beraktivitas di gunung supaya waspada, kami selalu memantau perkembangannya setiap saat,” kata dia.
Namun, kata dia, bagi para penambang pasir masih diperbolehkan meskipun harus tetap waspada karena di atas gunung selalu turun hujan deras. Sehingga mengakibatkan bajir di sungai-sungai yang berada di sekitar Merapi.
Selain itu lahar dingin sisa erupsi 2006 masih tergolong banyak sekitar 500 ribu meter kubik. Sehingga jika terguyur hujan deras bisa memenuhi sungai-sungai sekitar.
MUH SYAIFULLAH