TEMPO Interaktif, Surakarta - Minat masyarakat Surakarta untuk mengikuti program transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah meningkat lima kali lipat dibanding tahun lalu. Pemerintah Kota Surakarta terpaksa melakukan seleksi karena jumlah pendaftar telah melebihi kuota.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta, Singgih Yudoko, mengatakan jika tahun lalu mereka hanya mampu memberangkatkan lima orang untuk transmigrasi ke Sulawesi. "Untuk tahun ini sudah ada 26 keluarga yang telah mendaftar," kata dia. Padahal, kuota Surakarta untuk tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yaitu hanya sepuluh keluarga.
Menurut Singgih, peningkatan jumlah peminat transmigrasi pada tahun ini jauh di luar dugaan. "Tahun lalu mencari lima keluarga untuk ikut saja sangat sulit," kata dia. Singgih mengaku belum meneliti lebih lanjut penyebab banyaknya peminat program transmigrasi pada tahun ini.
Lantaran jumlah pendaftar melebihi kuota, pemerintah harus melakukan seleksi terhadap para pendaftar, sebelum mereka diberangkatkan akhir tahun ini.. Selain kondisi ekonomi, mereka juga akan mengukur kemampuan serta kemauan dari para pendaftar untuk bekerja keras.
"Tahun-tahun pertama hidup di lokasi transmigrasi tentunya sangat berat," kata Singgih. Sebab, masyarakat Surakarta kebanyakan tidak berpengalaman mengelola pertanian karena memang tidak memiliki lahan pertanian dan perkebunan. Pihaknya tidak menginginkan adanya keluarga yang kembali lagi ke kota asal setelah mengikuti program transmigrasi.
Setelah melakukan seleksi, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta akan memberikan pelatihan singkat tentang pertanian, khususnya kelapa sawit. "Kami juga akan mendatangkan salah satu transmigran sukses untuk memberikan motivasi," kata Singgih.
Jika peminat transmigrasi pada tahun depan tetap meningkat, pihaknya akan mencoba mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk meningkatkan kuota. Dia menyebut, kepadatan penduduk di Surakarta saat ini paling tinggi di Jawa Tengah. "Data itu merujuk pada hasil sensus penduduk 2010," kata Singgih. Sedangkan kepadatan penduduk selalu diikuti dengan permasalahan sosial yang lain, seperti kemiskinan dan pengangguran.
AHMAD RAFIQ