Mukminah, salah seorang petani mengaku lebih memilih menyimpan beras untuk dikonsumsi sendiri. Padahal, dia bisa mengantongi keuntungan rata-rata Rp 1.000 per kilogram. Para tengkulak pun siap membeli beras dari harga Rp 4.000 per kilogram menjadi Rp 5.000 per kilogram. "Kalau dijual semua, nanti kami susah sendiri karena harus beli lagi dari pedagang," ujarnya, Minggu (18/7).
Menurut Mukminah, bagi orang Madura bertani padi bukan untuk tujuan komersil. Selain untuk dikonsumsi, beras biasa digunakan untuk keperluan lain, seperti menghadiri pernikahan, melayat, serta disimpan untuk bibit pada musim tanam berikutnya. "Kalau butuh uang banyak, kami jual sapi atau kambing," tuturnya.
Petani lainnya, Amin, meski menjual berasnya, namun tidak dalam jumlah besar. Amin hanya mau menjual lima sampai 10 kilogram karena membutuhkan uang untuk kebutuhan belanja sehari-hari. "Di sini kalau hutang beras, harus dibayar beras, jadi tidak boleh dijual meski harga lagi bagus," ucapnya.
Amin menjelaskan pada musim tanam tahun ini panenan padinya melimpah hingga mencapai delapan kwintal. Dia melakukan penanaman padi hingga dua kali karena musim hujan yang panjang. Harga di pasaran Rp 700 ribu per kwintal. Tapi Amin tak tertarik melego seluruh hasil panennya. MUSTHOFA BISRI.