Aksi saling dorong dan berdesak-desakan ini terjadi di halaman gedung SMPN 3 Kediri pagi tadi. Ratusan calon orang tua siswa yang ingin mendaftarkan anaknya di sekolah tersebut saling berebut formulir pendaftaran. Akibatnya aksi adu mulut pun tak terhindarkan antara orang tua siswa dan panitia. “Jangan-jangan formulirnya dijual,” teriak Susilo, 36, salah satu orang tua siswa, Senin (28/6).
Keributan pecah seketika ketika sejumlah orang tua siswa meneriakkan indikasi kecurangan dan keluar dari antrian. Mereka berebut mendekati loket pengambilan formulir hingga berdesak-desakan. Akibatnya suasana antrean yang semula kondusif menjadi kacau balau. Beberapa orang tua yang emosi dibujuk ke dalam kantor untuk mendapatkan penjelasan.
Kepala Sekolah SMPN 3 Kediri Quin Atmoko mengatakan kekacauan ini terjadi akibat tingginya antusias warga untuk menyekolahkan anaknya di tempat itu. Sebanyak 400 formulir pendaftaran yang disediakan panitia ludes hanya dalam satu jam. “Kami benar-benar kehabisan formulir,” katanya.
Untuk meredam emosi orang tua siswa, pihak sekolah buru-buru menggandakan formulir hingga dua kali yang masing-masing terdiri dari 250 lembar dan 200 lembar. Sehingga total formulir yang dibagikan mencapai 850 lembar.
SMPN 3 Kediri sendiri merupakan sekolah yang ditunjuk Dinas Pendidikan setempat untuk melayani pengambilan formulir pendaftaran siswa di seluruh SMP Negeri di Kota Kediri. Pengambilan formulir ini sebenarnya dilakukan selama dua hari, yakni tanggal 28 – 30 Juni 2010. Setiap pendaftar diminta menunjukkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN), STTB, foto, dan rekomendasi bagi siswa luar daerah untuk bisa mendapatkan formulir.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat Nurrudin Hasan mengatakan kekacauan pendaftaran ini murni kesalahan Dinas Pendidikan Kota Kediri. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika panitia bisa mengantisipasi dan memperkirakan jumlah pendaftar. “Harusnya penerimaan jangan dua hari saja,” katanya.
Untuk mengevaluasi insiden tersebut Dewan akan memanggil pemerintah daerah guna mempertanggungjawabkannya. Sebab insiden seperti ini selalu terjadi setiap penerimaan siswa baru berlangsung.
HARI TRI WASONO