Data yang dihimpun Tempo menyebutkan, pada akhir Februari lalu, balita yang menderita gizi buruk di Kabupaten Lumajang tercatat sebanyak 477 balita. Namun, jumlah ini meningkat menjadi 556 balita dalam dua bulan terakhir. Ada peningkatan jumlah sebanyak kurang lebih 80 balita sejak Maret lalu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang Buntaran Suprianto, data tersebut hasil dari penimbangan berat badan balita di setiap posyandu di Kabupaten Lumajang sebulan terakhir ini. ”Temuan jumlah bayi penderita gizi buruk itu masih berada di bawah ambang batas normal,” katanya Minggu (20/6).
Dari hasil analisa Dinas, kata dia, diketahui penyebab balita gizi buruk ini tidak lagi didominasi oleh keluarga miskin saja. ”Bayi penderita gizi buruk dari keluarga miskin, hanya tercatat mencapai 4 persen sampai 6 persen saja. Sedangkan, yang paling dominan ditemukan adalah bayi dari pasangan keluarga non gakin alias keluarga mampu yang bayinya menderita gizi buruk. Dengan angka, mencapai 56 persen,” kata Buntaran.
Sedangkan, sisanya dialami bayi yang memang menderita penyakit tertentu. Dari hasil analisa ini, keluarga mampu ternyata tidak memperhatikan perawatan sang bayi dan memperhatikan kualitas gizinya. ”Ada pola salah asuh,” katanya. ”Orang tua mungkin terlalu sibuk sehingga kurang perhatian dalam terhadap bayi."
Karena itu, saat ini pihaknya gencar melakukan sosialisasi ke seluruh wilayah Desa di Kabupaten Lumajang melalui Posyandu. Untuk keluarga mampu yang bayinya menderita gizi buruk, disarankan untuk memberikan asupan gisi sesuai rekomendasi dan saran yang diberikan petugas di Posyandu.
DAVID PRIYASIDHARTA