"Angka kematian ibu-anak di daerah ini masih tinggi," kata Gubernur Frans Lebu Raya dalam rapat koordinasi (Rakor) Kebijakan Penanggulangan Masalah Kesehatan di Kupang, Sabtu (12/6). Menurut dia, ada beberapa penyebab masih tingginya angka kematian ibu dan bayi melahirkan tersebut, antara lain kondisi geografis dan jarak tempat tinggal masyarakat dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh.
Apalagi NTT terdiri dari pulau-pulau dan sejumlah daerah terpencil yang masih kesulitan akses transportasi. Ini menyebabkan waktu tempuh seorang pasien ke tempat pelayanan kesehatan sangat terlambat. Selain itu, fasilitas kesehatan yang masih sangat minim mengakibatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi sangat terbatas.
Selain itu, sebagian besar persalinan juga tidak dilakukan di fasilitas kesehatan, tapi dilakukan di rumah dan ditolong oleh dukun. Ditambah lagi belum semua kecamatan mempunyai Puskesmas Rawat Inap dan belum semua desa miliki fasilitas kesehatan yang memadai.
Pelayanan kepada keluarga pasien pun masih sangat minim. Ini terlihat dari belum tersedianya rumah tunggu yang berada di sekitar Puskesmas. Masalah lainnya, yakni penyebaran tenaga medis dan non medis yang belum merata serta terbatasnya sumber daya seperti tenaga, dana, metode, sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan. Karena itu, ia berharap ke depan semua Puskesmas Rawat Inap wajib menjalankan pelayanan yang prima.
Disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada untuk pembangunan rumah tunggu yang bersebelahan dengan Puskesmas bagi pasien dan keluarga yang kesulitan dalam menjangkau akses pelayanan kesehatan. “Revolusi KIA (kemaian ibudan anak) perlu dikawal dengan baik sampai di desa terpencil sehingga tidak menimbulkan polemik di masyarakat bahwa program ini hanya sebatas wacana,” tegas Frans.
YOHANES SEO