TEMPO Interaktif, Bandar Lampung - Dua anak penghuni kampung nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung, menderita gizi buruk. Kedua anak tersebut, Siti Royani, 10 tahun, dan Bagaskara, 4,5 tahun, kondisinya memprihatinkan. Berat badan kedua anak yang belum bisa jalan itu setengah dari berat badan anak normal seusianya.
Siti Royani, bocah perempuan anak Kuriyah, 26 tahun, mempunyai berat badan hanya 15 kilogram dari seharusnya berat normal 30 kilogram. Sedangkan Bagaskara dengan usia 4,5 tahun itu hanya memiliki berat badan 10 kilogram. Seharusnya anak seusia Bagaskara memiliki berat badan 20—25 kilogram.
Kedua bocah yang mempunyai tempat tinggal tidak berjauhan itu memiliki tubuh kurus, tatapan mata tidak fokus dan gerakan tubuh tidak teratur. Siti Royani bahkan tubuhnya terkulai lemah akibat kurang asupan gizi. Dia hanya terbaring di tempat tidur atau di ayunan.
Kuriyah, orang tua Siti Royani, mengatakan anaknya memang sejak lahir memiliki kelainan. Selain itu, anak yang ditinggal kabur bapaknya sejak lahir itu memiliki keterbelakangan mental akibat kekurangan gizi. “Penginnya diperiksakan ke dokter atau dibawa ke rumah sakit tapi saya tidak memiliki biaya,” kata perempuan yang ditinggal minggat suaminya sejak empat tahun lalu itu, Rabu (19/5).
Perempuan yang bekerja serabutan dan harus merawat dua orang anaknya itu mengaku meski biaya perawatan gratis bagi keluarga miskin tapi biaya untuk menjaga selama anaknya dirawat di rumah sakit juga cukup penyulitkan. Akibatnya, anak keduanya itu hanya diperiksakan ke Pusat Kesehatan Masyarakat terdekat.
Hal yang sama juga dikeluhkan Tarminah. Dia bersama suaminya, Asirin yang berprofesi sebagai nelayan itu hanya merawat anaknya di rumah saja. Bagaskara, kata dia, pernah dirawat di Rumah Sakit Abdul Muluk Bandar Lampung tapi terpaksa dibawa pulang karena kesulitan biaya. “Kami sudah berusaha dan sekarang hanya pasrah,” kata perempuan beranak tujuh itu.
Baik orang tua Bagaskara dan Siti Royani yang mendiami perkampungan kumuh itu berharap Pemerintah Kota Bandar Lampung bisa membantu biaya pengobatan anak mereka. Warga nelayan yang mendiami perkampungan nelayan kumuh di sepanjang bibir pantai Teluk Betung itu juga mengeluhkan pelayanan kesehatan yang kurang baik. “Untuk ngurus kartu gratis berobat sangat ribet. Kadang biaya untuk mengurus mendapatkan kartu gratis saja hampir sama dengan biaya berobat,” kata Asirin suami Tarminah.
NUROCHMAN ARRAZIE