TEMPO Interaktif, Batam - Ketua Umum Indonesia National Shipowner's Association (INSA) Bambang Sucipto mengatakan transportasi internasional bidang pelayaran hanya sembilan persen dilakukan pengusaha Indonesia, sisanya 91 persen masih dikuasai asing.
Padahal ini merupakan pemasukan negara sangat besar. Dengan hanya 9 persen, uang masuk ke Indonesia senilai US$ 500 juta per tahun.
Dengan diterapkannya azas cabotage diharapkan pelayaran Internasional secara perlahan diambil alih Indonesia, setidaknya hingga 50 persen. "Asal konsisten menerapkan azas cabotage itu," kata Bambang Sucipto menjawab Tempo, Sabtu malam (15/5).
Bambang mengatakan pemerintah telah menutup 13 komoditi yang selama ini diangkut kapal asing. Selanjutnya pihaknya berharap agar dua komiditi lagi, yakni minyak dan gas bumi serta batu bara harus menggunakan kapal Indonesia.
Sementara terdapat 63 kapal berbendera asing yang bergerak bidang perusahaan minyak, khususnya pengeboran lepas pantai, 16 di antaranya berakhir kontraknya hingga tahun 2011, dan sisanya berakhir kontraknya akhir tahun 2010.
Akibat menggunakan kapal asing itu, maka devisa lari ke pihak asing hingga Rp 1,5 miliar dolar. Sehingga dari 63 transpoter yang memakai bendera asing, Indonesia kehilangan 88 persen pendapatan.
Kehadiran Bambang Sucipto di Batam berkaitan dengan pelantikan Pengurus INSA Kota Batam periode 2010-2013. Zulkifli Ali terpilih sebagai Ketua INSA Batam menggantikan Amura yang telah dua periode menduduki jabatan itu.
Bambang mengatakan jumlah anggota INSA di Indonesia sebanyak 1.150 pemilik kapal dan melakukan aktivitas pelayanan transportasi laut untuk kebutuhan luar negeri maupun transportasi dalam negeri. "Sebagai daerah maritim, sepatutnya Indonesia menguasai pelayaran baik dalam negeri maupun dunia," kata Bambang.
RUMBADI DALLE