TEMPO Interaktif, Makassar - Kalangan pengusaha memprotes jadwal pemadaman listrik yang dibuat oleh PLN Sulawesi Selatan. Pemadaman listrik yang berulang-ulang membuat pelaku industri kewalahan mengatur operasional produksi.
Bachder Johan, Direktur Utama PT Kawasan Industri Makassar (Kima), memprotes pemadaman yang dilakukan pada pagi hingga sore hari. "Akhir tahun lalu dan awal tahun ini jadwal pemadaman bergilir sektor industri sudah tepat, yaitu saat beban puncak," kata Bachder.
Dia menambahkan, pemadaman pada siang hari berdampak langsung kepada sekitar 70 persen perusahaan, karena berhenti produksi. Umumnya perusahaan hanya memiliki genset dengan kapasitas 5.000 watt. "Mana bisa mereka menggunakan genset untuk menggerakkan mesin produksi," kata dia.
Di PT Kima, kata Bachder, terdapat 128 perusahaan yang umumnya bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan. Kebutuhan listrik seluruh perusahaan sekitar 15 megawatt. Bachder berharap pemerintah dan PLN segera mengatasi krisis listrik agar kegiatan industri normal kembali.
"Semestinya PLN punya antisipasi jangka pendek karena listrik swasta tidak selamanya menjamin pasokan listrik lancar," kata dia.
Keluhan yang sama disampaikan industri perhotelan. Anggiat Sinaga, General Manager Hotel Clarion, mengatakan hotel yang dikelolanya mengalami pembengkakan biaya operasional sebesar 150 persen per hari.
Anggiat mengatakan, jika menggunakan listrik PLN, biayanya Rp 600 per kilowatt jam (kWh). Sedangkan saat menggunakan genset, biayanya Rp 1.500-1.800 per kWh. Akibatnya, Hotel Clarion, yang biasanya hanya menggunakan listrik senilai Rp 15 juta, harus membayar Rp 45 juta per hari dalam dua hari terakhir.
Anggiat, yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Makassar, meminta pihak terkait berfokus menangani persoalan pembangkit di Sengkang.
Yamin Lole, juru bicara PLN Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara, mengatakan PLN belum optimal dalam mengatur jadwal pemadaman. Pihaknya masih berharap listrik dari Sengkang bisa segera normal lagi.
"Kami percaya dan yakin upaya yang dilakukan gubernur dalam memediasi masalah ini, pasti bisa terselesaikan secara cepat," kata dia.
Listrik di Sulawesi Selatan mengalami defisit sekitar 130 megawatt karena PT Energy Sengkang menghentikan pasokannya sejak Sabtu pekan lalu. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sengkang memasok daya ke PLN sebesar 195 megawatt atau 30 persen dari 560 megawatt daya listrik di Sulawesi Selatan.
INDRA OY