Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pengungsi Kerusuhan Sampit di Lumajang Hidup Memprihatinkan

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, LUMAJANG - Puluhan perwakilan pengungsi akibat kerusuhan Sampit yang bermukin di Lumajang, Jawa Timur, Rabu (28/4), mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat. Mereka mengadukan nasib ribuan keluarga pengungsi yang harus menjalani hidup sehari-hari dengan kondisi yang memprihatinkan.

Para pengungsi tersebut tersebari di sejulah wilayah, seperti Kecamatan Kedungjajang, Ranuyoso, Kedungjajang dan Kecamatan Randuagung. “Kami tak ubahnya seekor ayam yang harus mencari makan dengan menceker-ceker tanah,” kata Sidiq, salah seorang pengungsi yang tinggal di Kecamatan Kedungjajang. Sidiq sehari-hari mencari rumput untuk makanan sapi yang dipeliharanya.

Menurut Sidiq, ribuan keluarga yang terdiri dari uluhan ribu jiwa itu hanya mampu makan dua kali dalam sehari. Lauknya pun seadanya. Terkadang hanya sayur. Kalau punya sedikit uang bisa membeli ikan asin. Para pengungsi tidak punya pekerjaan tetap melainkan bekerja serabutan asalkan bisa mendapatkan sedikit uang.

Mereka meminta perhatian para wakil rakyat di parlemen agar mendesak pemerintah setempat tentang kejelasan nasib mereka. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis terkendala kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) maupun Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Sebab, mereka tidak terdaftar sebagai peserta program kesehatan gratis tersebut.

Wakil Ketua DPRD Lumajang Achmad Jauhari yang ditemui wartawan usai berdialog dengan perwakilan pengungsi mengatakan, DPRD akan berupaya memenuhi permintaan para pengungsi. DPRD akan mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten memasukkan anggaran bagi mereka dalam perubahan anggaran keuangan (PAK).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Achmad Jauhari menjelaskan anggaran yang akan dialokasikan berupa bantuan, seperti untuk modal kerja serta dana konsumsi. Para pengungsi juga juga diupayakan bisa masuk kuota Jamkesda. ”Kami akan bicarakan dengan pihak eksekutif karena mereka harus dibantu,” ucapnya. DAVID PRIYASIDHARTA.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Ketidaksetaraan Jadi Pemicu Kerusuhan Sampit 2001

39 hari lalu

Evakuasi pengungsi suku Madura saat kerusuhan Sampit, Kalimantan Tengahp pada 2 Maret 2001. TEMPO/Bambang Kartika Wijaya
Ketidaksetaraan Jadi Pemicu Kerusuhan Sampit 2001

Apa pemicu kerusuhan Sampit? Kondisi ekonomi yang sulit dan ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya memperburuk ketegangan antara kedua komunitas


Kilas Balik 23 Tahun Tragedi Kerusuhan Sampit Kalimantan Tengah

40 hari lalu

Evakuasi pengungsi suku Madura saat kerusuhan Sampit, Kalimantan Tengahp pada 2 Maret 2001. TEMPO/Bambang Kartika Wijaya
Kilas Balik 23 Tahun Tragedi Kerusuhan Sampit Kalimantan Tengah

Kerusuhan Sampit ini menyebabkan lebih dari 500 orang meninggal dengan lebih dari 100.000 penduduk Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan.


UGM: Ibu Kota Baru Jangan Rawan Konflik Penduduk Asli-Pendatang

8 Mei 2019

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri) memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 29 April 2019. Ratas itu membahas tindak lanjut rencana pemindahan ibu kota. ANTARA
UGM: Ibu Kota Baru Jangan Rawan Konflik Penduduk Asli-Pendatang

Sejumlah dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengusulkan calon ibu kota baru Indonesia menempati daerah yang heterogen.


Warga Cempaka Kalimantan Selatan Tolak Pendatang dari Madura

17 Juli 2010

Evakuasi pengungsi suku Madura saat kerusuhan Sampit, Kalimantan Tengahp pada 2 Maret 2001. TEMPO/Bambang Kartika Wijaya
Warga Cempaka Kalimantan Selatan Tolak Pendatang dari Madura

Menyusul terjadinya kerusuhan dan pengusiran warga Madura bekas kerusuhan Sampit di Kampung Baru, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, polisi dan aparat Kecamatan Cempaka menggelar pertemuan di Polsek Banjarbaru Timur, Sabtu (17/7).


Rusuh, Puluhan Warga Madura Bekas Kerusahan Sampit Diusir  

17 Juli 2010

Evakuasi pengungsi suku Madura saat kerusuhan Sampit, Kalimantan Tengahp pada 2 Maret 2001. TEMPO/Bambang Kartika Wijaya
Rusuh, Puluhan Warga Madura Bekas Kerusahan Sampit Diusir  

Puluhan warga Madura dievakuasi ke Markas Kepolisian Resor Banjarbaru untuk pengamanan dari amuk warga.


Pengusaha Khawatir Demo Buruh Anarkis

28 April 2006

Pengusaha Khawatir Demo Buruh Anarkis

Untuk mengantisipasi, pihak pengelola kawasan indusrti, PT Kawasan Industri Medan Persero, telah memasang 5 Closed Circuit Television memakai satelit.


Wartawan Harus Punya Standar Upah Layak

28 April 2006

Wartawan Harus Punya Standar Upah Layak

Setiap perusahaan media harus benar-benar memperhatikan upah yang layak jika wartawannya ingin bekerja profesional.


Situasi Kota Dili Mencekam

28 April 2006

Situasi Kota Dili Mencekam

Saat ini Kedutaan Besar RI di Dili telah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk tidak keluar rumah pada malam hari apabila tidak ada keperluan yang mendesak.


Kotawaringin Rawan Konflik

6 April 2005

Kotawaringin Rawan Konflik

Kapolda Kalteng menyatakan Kotawaringin Barat dan Timur adalah dua daerah rawan konflik menjelang pilkada.


Masyarakat Serahkan Senjata Rakitan Ke Polda Kaltim

27 Agustus 2004

Masyarakat Serahkan Senjata Rakitan Ke Polda Kaltim

Senjata api ilegal yang berhasil dikumpulkan dari masyarakat berjumlah 17 pucuk senjata api rakitan yang terdiri dari 16 jenis laras panjang dan 1 pucuk pistol.