TEMPO Interaktif, Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menganggarkan dana Rp 700 juta untuk membeli 69 ribu ampul atau sperma kambing jenis etawa. Sperma itu akan dibagi-bagikan gratis ke masyarakat.
Sperma kambing etawa itu nantinya akan disuntikkan ke kambing lokal. Pengembangbiakan kambing bertubuh bongsor itu merupakan proyek Pemerintah Bojonegoro tiga tahun ke depan.
Populasi kambing lokal dan etawa dalam tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2008 hanya ada sekitar 120 ribu ekor, lalu tahun 2009 sebanyak 131 ribu dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 171 ribu ekor.
Pemerintah Bojonegoro sendiri menargetkan sebanyak satu juta ekor kambing etawa dan lokal. Menurut Bupati Bojonegoro Suyoto, proyek pengembangbiakan kambing etawa ini bagian dari pemenuhan daging kambing ke pasaran kota-kota besar di Jawa.
Selain itu, kambing etawa juga termasuk buruan sejumlah perhotelan, tempat wisata, hingga pasar tradisional. “Diharapkan dari daging kambing, ekonomi masyarakat terangkat,” tegasnya pada Tempo, Jumat (23/4) siang.
Dana sebesar Rp 700 juta berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bojonegoro tahun 2010. Program pengembangbiakan kambing ini disasarkan ke masyarakat pedesaan.
Selain membagi-bagikan sperma kambing etawa secara gratis, Pemerintah Bojonegoro juga membuka kesempat bagi petani untuk memiliki kambing. Sistemnya, bagi untung separuh atau 50 persen antara pemilik kambing dan pemerintah. “Tapi, dananya dari pemerintah lewat bank,” tegas seorang staf di Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Bojonegoro.
Sedangkan untuk pengajuan modal, bisa bersifat kelompok atau perorangan. Menurut Nurhadi, warga Dander, dirinya sudah memelihara kambing sebanyak 10 ekor sejak satu tahun lalu. Mulanya, kambing lokal miliknya hanya digembala biasa. Tetapi begitu ada program pembagian sperma kambing etawa gratis, dirinya mengusulkan untuk mendapatkannya. “Kambing lokal saya disuntik sperma etawa. Kini sudah hamil tiga,” tegasnya.
Harga kambing lokal dengan jenis etawa memang cukup berjarak. Kambing lokal termahal hanya sekitar Rp 1,5 juta, sementara etawa bisa mencapai Rp 3,5 juta.
Pemerintah Bojonegoro juga tengah mengembangkan program pemasarannya, di antaranya membuka kesempatan bagi pengusaha lokal dan dari luar Bojonegoro.
SUJATMIKO