TEMPO Interaktif @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } -->, Sidoarjo - Perairan laut Waru dan Sedati Kabupaten Sidoarjo tercemar limbah beracun jenis krom (cr). Temuan ini disampaikan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo setelah menguji air laut dan biota laut di laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur.
"Kandungan krom dan fenol sangat tinggi, melebihi ambang batas," kata Heksa Widagdo, kasi pemulihan lingkungan BLH Sidoarjo, hari ini. Krom dan fenol sangat berbahaya dan membunuh ekosistem laut. Serta berbahaya bagi manusia, karena dapat menimbulkan penyakit, seperti kanker, saluran pernafasan akut, dan infeksi kulit.
Penelitian ini dilakukan setelah dua pekan lalu ribuan ikan di kawasan laut Waru dan Sedati mati mendadak. Para nelayan mencurigai, ikan mati karena keracunan limbah beracun dan berbahaya dari industri perkapalan di Sidoarjo dan Surabaya.
Heksa memperkirakan limbah tersebut berasal dari limbah domestik, kawasan industri rungkut, dan perkapalan. “Namun yang paling dicurigai dari industri perkapalan,” katanya. Daerah yang tercemar merupakan daerah padat lalu lintas perkapalan, yakni di Selat Madura (Surabaya, Sidoarjo, Madura).
Sejak Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan ditetapkan, pelaku takut membuang limbah kapal di laut. Karena hukumannya denda di atas Rp 1 miliar. "Karena itu pelaku membuang limbah kapal di tengah laut," ujar Heksa yang akan melaporkan temuan tersebut kepada bupati Sidoarjo.
Badan Lingkungan Hidup Sidoarjo meminta para nelayan melaporkan jika menemukan kapal yang membuang limbah di tengah laut. Nelayan, diminta mencatat nomor lambung dan jenis kapal mencurigakan tersebut.
Nelayan Sidoarjo di pesisir Sedati dan Waru kini sudah mulai melaut kembali. Sebelumnya, ikan hasil tangkapan mereka merosot akibat air laut tercemar limbah beracun. "Nelayan mulai tenang, tak ditemukan lagi ikan mati," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sidoarjo, Muhammad Alimin Tauba.
EKO WIDIANTO