"Ada sejumlah orang yang sengaja merusak pohon mangrove," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Muhammad Sholeh, Selasa (2/1).
Menurut Muhammad, mangrove merupakan vegetasi yang kuat dan cocok untuk menahan abrasi pantai serta menjadi habitat berlindungnya berbagai jenis ikan. Apalagi, kini para nelayan juga memanfaatkannya menjadi kudapan seperti jenang, sirup hingga pewarna tekstil.
Pada awal 2010 ini, Sholeh mengaku telah menyebar sekitar 10 ribu bibit tanaman mangrove di Jabon. Sejumlah pesisir yang akan ditanami mangrove di antaranya daerah pesisir di Sedati, Waru, dan Buduran. Agar tanaman lestari, Sholeh meminta para nelayan turut menjaga dan merawatan tanaman mangrove ini.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Kabupaten Sidoarjo, Muhammad Alimin Tauba mengatakan penjarahan tanaman mangrove terjadi hampir di sejumlah pesisir Sidoarjo. Pelaku, melakukan secara sembunyi-sembunyi dengan mengangkut kayu tanaman angrove dengan truk. "Dilihat dari kendaraan, pelaku warga luar Sidoarjo," kata dia.
Akibat rusaknya hutan mangrove, ikan hasil tangkapan nelayan merosot. Selama melaut enam jam, nelayan hanya memperoleh sekitar satu kilogram udang. Hasil tangkapan udang tersebut, dijual seharga Rp 45 ribu per kilogram. Seluruh hasil tangkapan, harus dibagi dua dengan nelayan yang bersamanya dikurangi biaya operasional membeli solar enam liter. Rata-rata, sebelumnya hasil tangkapan 4 kilogram sampai 15 kilogram.
Hasil tangkapan nelayan Sedati berupa udang, kupang, kerang, rajungan, ikan dorang, dan kakap. Menurut Muhammad, udang diekspor ke Jepang dan Amerika sedangkan ikan dorang diekspor ke Taiwan, Malaysia dan Singapura. Jumlah nelayan sebanyak 1.100 orang menggunakan sebanyak 500 perahu berkapasitas di bawah 5 gross ton.
EKO WIDIANTO