TEMPO Interaktif, Bojonegoro - Harga beras untuk beberapa jenis di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, merangkak naik. Kenaikan diduga akibat panen terlambat di sejumlah kecamatan penghasil beras.
Di sejumlah pasar tradisional di Bojonegoro, seperti Pasar Besar Bojonegoro, Pasar Padangan, Sumberejo, dan Kapas, harga beras rata-rata naik antara Rp 800 hingga Rp 1.000 per kilogramnya. Misalnya, harga beras jenis C4 kini naik Rp 6.500 per kilogramnya dari harga sebelumnya Rp 5.800 per kilogramnya.
Beras Rojolele kini naik Rp 7.500 per kilogramnya dari sebelumnya Rp 6.500 per kilogramnya. Sedangkan harga beras Semeru menjadi Rp 5.500 per kilogramnya dari harga sebelumnya Rp 4.800 per kilogramnya.
Sejumlah pengecer beras mengakui kenaikan terjadi selama satu pekan terakhir. Para pedagang mengakui, kenaikan harga beras ini masuk kategori tertinggi selama satu tahun terakhir. Seperti misalnya, beras rojolele yang tembus hingga Rp 7.500 per kilogramnya. “Apakah harga ini akan naik. Kita belum tahu,” tegas Badriyah, salah satu pedagang beras di Kota Bojonegoro kepada Tempo, Kamis (21/1) siang.
Di kalangan petani menyebutkan, beberapa kecamatan di Bojonegoro yang selama ini dikenal sebagai lumbung padi, mengalami keterlambatan panen. Pada Januari ini, sejumlah areal persawahan, harusnya sudah ada panen. Tetapi, panen ternyata tidak merata dan hanya di beberapa lokasi saja.
Seperti di Kecamatan Kalitidu, di Desa Cengungklung, Desa Ngraho dan beberapa desa lain, panen juga tidak merata. Juga di beberapa desa di Padangan, seperti Kebunagung, panen juga tidak merata. “Karena hujan turun belum merata,” tegas Kamidin, petani asal Desa Kebunagung, Padangan, Bojonegoro.
Kondisi yang hampir sama terjadi di sejumlah kecamatan penghasil beras di Bojonegoro. Seperti Kecamatan Sumberejo, Balen, dan Kapas. Panen tidak merata karena, musim tanam mundur karena ketersediaan air kurang.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Gumantijo membenarkan terjadi kenaikan beras di sejumlah tempat di pasar. Dia menyebutkan, faktor keterlambatan panen juga berpengaruh terhadap stok padi di Bojonegoro. “Akibatnya harga beras naik,” tegasnya.
Pemerintah Bojonegoro hingga kini masih melakukan operasi pasar. Tetapi, upaya ini masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sebab, pada Januari ini pemerintah provinsi dan kabupaten masih disibukkan pengaturan anggaran. “Ya, ada upaya itu,” imbuhnya.
Sujatmiko