Salah satu pemilik perahu nelayan, Haji Radin, mengatakan keempat perahu itu hilang dibawa ombak, saat berada di perbatasan perairan Indonesia dan Papua Nugini. "Ada 30-an orang di dalam empat perahu tersebut. Tapi beberapa hari kemudian mereka dapat kembali ke rumah, karena ditolong oleh perahu nelayan lainnya," kata dia saat ditemui di Tempat Pelelangan Ikan di Hamadi, Jayapura, Jumat (15/1).
Menurut Haji Radin, nelayan tradisional di Jayapura biasa mencari ikan di daerah itu. Namun kadang kala mereka juga menukar rook atau makanan lainnya kepada nelayan daari Thailand yang biasa membuang jarring di perairan perbatasan tersebut. "Tapi saat ini, karena cuaca buruk dan ombak laut tinggi, banyak nelayan tak melaut, daripada mendapatkan musibah, lebih baik kita istirahat sementara," ujar dia.
Akibat dari cuaca buruk ini, harga ikan pun melambung tinggi di pasaran. Misalnya jenis ikan ekor kuning sedang yang biasa dijual dengan harga Rp 25 ribu, saat ini harganya bisa mencapai Rp 100 ribu rupiah. "Dalam satu hari jika kita melaut bisa untung sampai sepuluh juta rupiah, tapi sekarang su (sudah) seminggu lebih tak melaut tinggal dihitung saja berapa rugi kita," ungkap Haji Radin.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura menghimbau kepada nelayan tradisional di Papua untuk waspada terhadap tingginya gelombang laut yang bisa mencapai tiga meter, khususnya di perairan utara Papua. "Kami telah memberikan warning kepada para nelayan tradisional untuk waspada, khususnya di wilayah perairan Ayuapia, yakni di perbatasan Biak dan Jayapura," ujar salah satu staf data Badan Meteorologi, Wilayah V Jayapura, Muhammad Iit, Jumat (15/1).
CUNDING LEVI