TEMPO Interaktif, SIDOARJO - Nelayan di pesisir pantai Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, nekat melaut meski Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengeluarkan larangan melaut karena cuaca buruk dan gelombang tinggi.
Mereka tetap melaut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Kami hanya mencari nafkah dari mencari ikan," kata ketua kelompok nelayan Putera Samudra Desa Gisik Cemandi, Syaiful Anam, Kamis (14/1).
Menurut Anam, gelombang tinggi di kawasan Sedati terjadi sejak dua pekan lalu. Sejak cuaca buruk, nelayan hanya mencari ikan sejauh sekitar empat mil dari pantai. Nelayan tak berani mengemudikan perahu ke tengah laut karena khawatir kapal tenggelam. Akibatnya, hasil tangkapan nelayan merosot sekitar 40 persen.
Anam memberikan gambaran, selama melaut enam jam hanya memperoleh sekitar satu kilogram udang. Hasil tangkapan tersebut dijual seharga Rp 45 ribu per kilogram. Seluruh pendapatannya harus dibagi dua dengan nelayan yang bersamanya, serta masih dikurangi biaya operasional membeli solar enam liter. "Rata-rata dalam cuaca normal hasil tangkapan empat kilogram sampai 15 kilogram," ujarnya.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Sidoarjo Muhammad Alimin Tauba mengatakan, sejak cuaca buruk banyak nelayan yang merugi. Mereka terpaksa menjual perabot rumah tangga dan barang elektronik untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Sebagian berhutang kepada pengusaha yang membeli hasil tangkapannya," tuturnya.
Berbagai hasil laut hasil tangkapan nelayan Sedati berupa udang, kupang, kerang, rajungan, ikan dorang dan kakap. Menurutnya, udang diekspor ke Jepang dan Amerika, sedangkan ikan dorang diekspor ke Taiwan, Malaysia dan Singapura. Jumlah nelayan sebanyak 1.100 orang menggunakan sebanyak 500 perahu berkapasitas di bawah lima gross ton. EKO WIDIANTO.