TEMPO Interaktif, Slawi - Sejumlah pengusaha angkutan kota di Kabupaten Tegal mulai gulung tikar, data yang dihimpun oleh Organisasi Angkutan Darat (Organda) setempat, menunjukan sebanyak 30 persen atau sekitar 200 dari 650 pengusaha mulai menutup usahanya.
“Kondisi sekarang lebih sengsara di banding dengan dulu,” ujar Prihandono, ketua Organisasi Angkutan Darat Kabupaten Tegal, saat ditemui dikantornya, Jum'at 11 Desember kemarin.
Ia mengaku, tutupnya usaha angkutan kota ini disebabkan oleh kecenderungan masyarakat Kabupaten Tegal yang menggunakan kendaraan pribadi. Bahkan kondisi ini merambah ke sejumlah kalangan siswa sekolah yang sebelumnya banyak mengunakan jasa angkutan kota. Tak pelak kondisi ini berpengaruh pada pendapatan para pengusaha angkutan.
“Pendapatan tertinggi hanya Rp 100 ribu per hari, bahkan ada juga yang hanya Rp 30 ribu,” ujar Prihandono, menambahkan.
Pendapatan ini dinilai tak mampu menutup biaya operasional kendaraan yang memerlukan biaya hingga Rp 125 ribu untuk pembelian bahan bakar. “Itu belum masuk biaya perawatan lainya,” katanya.
Di Kabupaten Tegal sendiri terdapat sekitar 800 angkutan kota yang melayani 38 rute, dari sejumlah angkutan tersebut kini tinggal sekitar 600 armada yang masih beroperasi. Organda mengharapkan kebijakan Dinas Perhubungan agar usha mereka bisa bertahan
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal Suhartono, membenarkan kondisi tersebut. “Ini dampak dari mudahnya membeli kedaraan bermotor,” ujar Suhartono.
Ia mengaku akan mengevaluasi pelayanan rute yang ada di Kabupaten Tegal, langkah ini diharapkan bisa dijadikan untuk menentukan kebijakan agar pengusaha angkutan kota di wilayahnya mampu bertahan. “Mungkin ada pengabungan trayek atau rute, sehingga mampu menghindari krisis penumpang,” katanya.
EDI FAISOL