TEMPO Interaktif, Jambi - Bila tidak ada langkah tepat dan keseriusan semua pihak dalam upaya pelestarian Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae), tidak tertutup kemungkinan dalam jangka waktu 20-30 tahun ke depan binatang langka dan dilindungi ini punah, menyusul nasib saudaranya Harimau Jawa dan Harimau Bali.
"Saya prediksikan 20-30 tahun ke depan Harimau Sumatera akan punah, jika tidak ada langkah konkret dan kesungguhan semua pihak untuk berupaya melestarikannya", kata Horiyo T. Wibisono, Koordinator Forum Harimau Kita, pada saat pembekalannya pada acara Workshop Regional Harimau Sumatera, di Jambi, Selasa (8/12).
Menurut Hariyo, jumlah Harimau Sumatera saat ini diperkirakan hanya tersisa 500 ekor saja, yang tersebar di kawasan Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Sebelat, Way Kambas, Berbak, Bukit Barisan Selatan, dan dua suaka margasatwa Kerumutan dan Rimbang, serta di luar ketujuh kawasan hutan konservasi tersebut.
Jumlah Harimau Sumatera terus mengalami penurunan akibat aksi perburuan liar dan pembabatan hutan yang tidak berbasis ekosistem.
Permasalahan baru yang dianggap ikut berperan mengurangi keberadaan Harimau Sumatera berdasarkan pengakuan peserta workshop, yakni semakin seringnya aksi perburuan babi hutan.
Dobran, salah seorang peserta workshop warga Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, memohon agar aktivitas Perbakin dilarang di kawasan hutan yang ada di daerahnya.
"Saya pikir perlu dicermati, karena semakin berkurangnya babi hutan juga merupakan penyebab semakin berkurangnya jumlah populasi Harimau Sumatera, serta akan menimbulkan konflik dengan manusia," ujarnya.
Acara workshop yang diselenggarakan dalam dua hari itu diikuti berbagai lembaga swadaya masyarakat, kalangan pengusaha, pemerintah daerah se-Sumatera dan Jakarta serta beberapa delegasi dari negara asing, seperti Jepang. Mereka akan melakukan diskusi untuk mencari solusi tepat dalam upaya pelestarian binatang langka ini.
Hary Santoso, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan RI, mengatakan pemerintah, khususnya Kabinet Bersatu, telah mentargetkan pada masa lima tahun ke depan akan berupaya meningkatkan sebesar tiga persen jumlah populasi Harimau Sumatera atau minimal mempertahankan jumlah yang ada saat ini.
Menurut Hary, berdasarkan data sepanjang tahun 1998-2002, sedikitnya 250 ekor Harimau Sumatera terbunuh atau dikeluarkan dari habitatnya. Konflik antara harimau dengan manusia pada tahun 1078-1999 mencapai 146 kasus dan pada kurun waktu 2000-2004 sedikitnya 38 warga terbunuh oleh harimau.
Data yang lebih mencengangkan lagi, dalam kurun waktu 20 tahun antara 1973-1993, sedikitnya 8.891 kilogram tulang harimau dijual ke Korea Selatan, 40 persen di antaranya berasal dari Indonesia.
Sementara itu, Didy Wurjanto, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, menyatakan jumlah Harimau Sumatera di daerahnya saat ini diperkirakan hanya tersisa 20-30 ekor saja.
Akibat semakin terjepitnya kehidupan binatang ini, pada sekitar Januari lalu sekurangnya 10 warga di kawasan Kabupaten Muarojambi tewad diterkam binatang buas itu.
SYAIPUL BAKHORI