TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Kesehatan mengakui tidak semua peserta pengobatan massal filariasis (kaki gajah) diperiksa kesehatannya sebelum minum obat.
"Memang tidak diperiksa, karena tidak mungkin pada pengobatan massal kita periksa semuanya," ujar Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih yang ditemui usai membuka Pameran Pembangunan Kesehatan di Jakarta, Jumat (4/12)
Sebelumnya, Selasa (10/11) di Majalaya, Jawa Barat, delapan orang tewas dan ratusan lainnya dilarikan ke rumah sakit setelah menelan obat anti-filariasis dalam pengobatan massal yang diadakan pemerintah.
Endang mengatakan dalam pengobatan massal sudah tersedia standar operasionalnya. Departemen Kesehatan kini telah membuat surat edaran untuk pedoman pemberian obat filariasis.
"Kami minta agar pedoman tersebut diikuti sebaik-baiknya," tegas Endang. Agar pemberian obat benar-benar sesuai standar operasional.
Ia mengatakan untuk meminimalisir kasus pascapengobatan, pihaknya mempertimbangkan untuk tidak menyelenggarakan secara masif. "Kalau daerahnya luas, mungkin beberapa kecamatan dulu," jelas Endang.
Departemen juga tengah mengusahakan sosialiasi yang lebih baik untuk pengobatan massal filariasis, agar kasus penolakan obat di Depok dan kematian sejumlah warga di Bandung bisa dicegah.
"Sayang sekali penolakan itu. Kalau tidak minum obat, tidak akan sembuh, apalagi sudah keburu sakit," ujar Endang.
Pengobatan massal, ia menguraikan, demi kebaikan masyarakat. Maka kalau khawatir terjadi efek samping, masyarakat diminta Endang untuk memeriksakan diri terlebih dahulu sebelum minum obat filariasis.
DIANING SARI