TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional menyatakan 57,8 persen penduduk miskin tersebar di Jawa dan Bali.
"Penduduk miskin tersebar tidak merata," kata Kepala Sub Direktorat Pengembangan Program Kemiskinan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Vivi Yulaswati di Hotel Bumikarsa, Jakarta, Rabu (4/12)
Urutan pulau yang berpenduduk miskin setelah Jawa dan Bali, yaitu Sumatera (21 persen), Sulawesi (7,5 persen), Nusa Tenggara (6,2 persen), Maluku dan Papua (4,2 persen) dan Kalimantan (3,4 persen).
Menurut Yuli, meski angka kemiskinan terus menurun, tapi ternyata lajunya melambat. Tahun 2009 angka kemiskinan sebesar turun menjadi 14 persen (32,5 juta rumah tangga sasaran) dari tahun lalu yang sebesar 15,4 persen (34,9 juta rumah tangga sasaran). "Persentase turun sekitar, 1,4 persen," urainya.
Upaya pengentasan kemiskinan, kata Yuli, terhambat karena pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan. "Bahkan kini terjadi pergeseran komposisi rumah tangga sasaran," ungkapnya.
Penduduk yang masuk kategori rumah tangga sasaran dekat miskin justru semakin besar. Padahal kelompok tersebut, ia menjelaskan, rentan jatuh miskin ketika terjadi syok seperti kematian, bencana alam, goncangan ekonomi dan sebagainya.
Yuli menguraikan perlu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan konsisten untuk penurunan kemiskinan secara signifikan. Upayanya dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang melibatkan masyarakat. "Terutama yang miskin,"tegasnya.
Deputi Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Bambang Widianto menyatakan kalau ingin menurunkan angka kemiskinan secara drastis maka fokusnya di Jawa dan Bali.
"Yang digarap harusnya, yang terbanyak," imbuhnya. Tapi, karena pemerintah memperhatikan wilayah, termasuk kawasan tertinggal, maka semua daerah menjadi sasaran program pengentasan kemiskinan.
DIANING SARI