TEMPO Interaktif, Makassar - Rencana Syahrul Yasin Limpo merangkul kalangan akademisi, yaitu sejumlah guru besar di Universitas Hasanuddin Makassar, kurang mencapat respon. Di antara mereka mengaku akan konsisten dalam menjaga netralitas kepada gubernur yang hendak maju pada pemilihan Ketua Partai Golkar Sulawesi Selatan ini.
Satu-satunya Guru Besar Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Prof Dr Kautsar Bailusy mengaku belum tahu adanya rencana Syahrul merangkul para guru besar. "Siapa saja yang akan diajak menjadi konsultan politik Syahrul, saya tidak tahu," katanya kepada Tempo, Rabu (4/11).
Sebelumnya Imam Mujahid, salah satu pakar politik, mengatakan bahwa Syahrul Yasin Limpo akan mengumpulkan guru besar untuk memberi masukan ihwal maju tidaknya merebut kursi pimpinan Golkar di Sulawesi Selatan. Syahrul akan berhadapan dengan incumbent Partai Golkar Sulawesi Selatan Ilham Arief Sirajuddin, yang juga Wali Kota Makassar.
Menurut Kautsar, seorang akademisi boleh saja menerima tawaran itu, asalkan sebatas sebagai pemberi nasehat politik. Hanya saja, kata dia, akademisi tetap memberi masukan pada semua kubu yang ada. “Sebagai ilmuwan tidak boleh berada pada satu kubu saja,” ujarnya.
Jika ada tawaran untuk satu kubu saja, Kautsar pasti akan menolaknya. “Kami akademisi tidak boleh ikut politik praktis,” tandasnya. Kautsar menyambut positif tawaran dari kubu Syahrul.
Ketua Dewan Guru Besar Universitas Hasanuddin Prof Dr Muslimin Mustafa mengatakan adanya tawaran akademisi menjadi konsultan politik adalah kewajaran. Artinya akademisi boleh diajak memberikan pandangan sesuai dengan latar belakang ilmunya.
Secara institusional, kata dia, harus seizin pimpinan kampus. “Yang penting ia pandai menempatkan dirinya, dan tak lupa pada tugas utamanya sebagai dosen,” ujarnya. Senada dengan Muslimin, dosen Jurusan Ilmu Politik Dr Armin Arsyad. Ia menilai niat Syahrul itu adalah contoh yang baik. Asalkan sejalan dengan perspektif keilmuan dan etika politik.
Menurutnya, seorang konsultan dari akademisi akan memberi petunjuk berdasarkan teori dan realitas, agar sukses dalam politiknya. “Kalau melakukan kesalahan politik, efeknya bisa fatal!,” jelasnya.
SUKMAWATI