TEMPO Interaktif, Malang - Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang sejak Minggu (12/7) lalu telah merawat tiga pasien yang diduga terjangkit penyakit flu babi. Dari hasil rapid test, Tim Dokter RSSA menyimpulkan satu dari tiga pasien positif terkena virus influenza Tipe A.
"Kami akan melakukan tes ulang untuk mengetahui apakah yang menjangkiti itu virus flu babi atau flu burung," kata Ketua Tim Tim Penanggulangan Flu Babi RSSA Malang Gatoet Ismanoe di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Senin (13/7).
Berdasar data di RSSA Malang, ketiga pasien tersebut adalah satu keluarga asal Kecamatan Tulusrejo, Kecamatan Blimbing Kota Malang. Pasien yang positif terkena virus influenza adalah BW, dosen Politeknik Negeri Malang. Sedangkan dua pasien yang masih suspect adalah ED, istri BW yang juga seorang dosen di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, dan anaknya EF (18).
Menurut Gatoet, EF baru datang dari New Hampsire, Amerika Serikat pada Rabu (8/7). Siswa SMAN 3 Kota Malang ini tinggal di Amerika Serikat selama satu tahun sebagai siswa pertukaran budaya dalam progran AFS Intercultural Programs. Saat pulang, EF dijemput BW dan ED di Bandara Juanda Surabaya.
Ketiga pasien saat ini masih menjalani observasi di ruangan yang berbeda. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah, suhu badan, serta diagnosa lanjutan yang dilakukan dua kali sehari, trombosit dan lekosit ketiga pasien turun. Namun, suhu tubuh yang mencapai 38 derajad celcius saat datang, kini sudah mulai menurun menjadi 36 derajad celclius.
Tim dokter akan terus melakukan tes kesehatan lagi untuk mencari kepastian penyakit. Hari ini, misalnya, Tim Dokter melakukan tes kesehatan lagi. Sebagian sample tes kesehatan dikirim ke Balai Kesehatan Surabaya.
Perawatan ketiga pasien ini dilakukan dengan pemberian tamiflu dengan dosis dua kali 75 miligram. Selain itu, Tim Dokter juga memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder terhadap pasien.
Gatoet mengatakan kala masuk RSSA, ketiga pasien menunjukkan ciri-ciri terinfeksi virus flu bab, seperti demam tinggi, batuk, suhu tubuh naik drastis, dan mengalami sesak nafas. Mereka kemudian dimasukkan ke ruang isolasi khusus pasien penderita flu babi.
Manajemen RSSA Malang memang membentuk Tim Penanggulangan Flu Babi. Tim Penanggulangan berjumlah 20 orang yang terdiri dari para dokter spesialis dari penyakit dalam, spesialis paru, patologi anatomi, mikrobiologi, radiologi, forensik, dan perawat. Manajemen juga menyiapkan tiga kamar isolasi untuk pasien flu babi.
Penanganan virus flu burung dan flu babi memiliki banyak kesamaan karena keduanya sama-sama tergolong penyakit menular dan harus diminimalisasi kontak dengan orang banyak.
Nenek AF, Kusuma Astuti, yang ditemui di RSSA Malang mengatakan EF tiba di Indonesia bersama rombongan pelajar lain yang ikut program pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Sesampainya di rumah, EF mengalami panas dan batuk-batuk. Demikian juga dengan kedua orangtuanya. Karena khawatir terkena penyakit flu babi, merekapun langsung memeriksakan diri ke RSSA Malang. "Ada informasi, salah satu teman EF yang juga baru datang pertukaran pelajar di Amerika Serikat terkena flu babi."
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang, Enny Sekar Rengganingati mengimbau warga Kota Malang untuk sementara tidak bepergian ke luar negeri, terutama negara-negara yang warganya banyak terjangkit flu babi. Selain itu, dia meminta agar petugas bandar udara untuk lebih ketat memeriksa kesehatan orang yang baru bepergian dari luar negeri, termasuk wisatawan asing.
BIBIN BINTARIADI