Menurut Agus, prosedur otopsi terhadap hewan yang mati memang memerlukan waktu sekitar sebulan. Otopsi dilakukan dengan bantuan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dengan memeriksa tulang serta bagian dalam tubuh hewan. “Rumah Sakit Hewan dan Pendidikan SETAIL (rumah sakit hewan milik KBS) hanya membedah hewan yang mati, untuk otopsi sepenuhnya kami kirim ke FK Hewan Unair,” tambah Agus.
Dari empat hewan ini, kata Agus, yang terakhir mati adalah macan betina jenis macan Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) yang diberi nama Mery. Macan ini ditemukan mati Selasa pagi. Sebelum mati, penjaga macan sudah menemukan gejala agak aneh karena Mery tak mau makan. Semula penjaga berniat melakukan tes darah tapi belum sempat dilakukan macan berumur 20 tahun itu sudah keburu mati. Dengan matinya macan Sumatera ini, koleksi macan Sumatera KBS yang sebelumnya berjumlah 15 ekor tinggal 14 ekor. Dari 14 ekor, tiga di antaranya jantan dan sebelas betina.
Agus memastikan, kematian hewan-hewan termasuk macan ini bukan lantaran salah urus atau kurang makan. “Bagi macan Sumatera, umur 20 tahun memang sudah terbilang tua. Bagitu pun hewan lainnya yang belakangan mati, kebanyakan karena sudah tua.”
Untuk biaya makan bagi empat ribu satwa (300 jenis) koleksi, KBS menganggarkan biaya sekitar Rp 300 juta per bulan. "Per harinya sekitar 10 juta. Ini sudah standar dengan jumlah binatang yang kami punyai,” beber Agus.
ROHMAN TAUFIQ