TEMPO Interaktif, Jakarta: Sejumlah duta besar negara Afrika untuk Indonesia menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Kamis, (4/6). Negara-negara Afrika menawarkan kerjasama bidang ekonomi dan pendidikan kepada pemerintah provinsi Yogyakarta.
Sementara pihak Pemerintah provinsi Yogyakarta, menyetakan siap membuka diri terhadap pasar Afrika. Duta besar yang hadir adalah Alice Mageza, Dubes Zimbabwe untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow dari Somalia, Ibrahim Mai-sule dari Nigeria, Francois Balumuene dari Republik Demokrat Kongo, David Gachoki Njoka dari Kenya, serta didampingi Leonardus Widayatmo Dubes RI untuk Namibia.
Sultan menjelaskan masyarakat Yogyakarta yang dinamis, karena tidak ada sumber daya alam sehingga mereka memiliki kreativitas yang tinggi. Sebagai contoh, ujar Sultan, industri kerajinan Yogyakarta yang tersohor, sudah masuk kelas internasional. Untuk itulah dia berjanji Pemerintah DIY melalui biro kerjasama dan dukungan dari Departemen Luar Negeri siap memfasilitasi kerjasama antara Yogyakarta dan Afrika. “Saya sangat senang kalau kehadiran bapak dan ibu bisa melanjutkan kerjasama yang dirintis sejak Konferensi Asia Afrika,” kata Sultan.
Agar kerjasama ini berjalan lebih intens, kata Sultan, dia mengusulkan kerjasama sister province yang bisa saling membantu di bidang pendidikan, pertanian, dan bisnis. “Sister province perlu kesamaan sejarah, budaya, itu akan efektif mempercepat proses hubungan kedua belah pihak,” katanya. Apalagi, ujarnya, di Cape Town, Afrika Selatan banyak masyarakat Jawa yang tinggal di wilayah itu. “Siapa tahu dengan pilot project itu bisa membangun hubungan yang lebih luas,” ujar Sultan.
Atas pernyataan ini, Dubes Zimbabwe untuk Indonesia, Alice Mageza menyampaikan kepada Sultan dari kunjungan ini akan segera direalisasikan kerjasama di bidang pendidikan dan ekonomi. “Terutama kerajinannya,” kata Alice.
Yunastiti Daud, Ketua Komite hubungan Internasional Kadin DIY menyatakan potensi perdagangan Yogyakarta sangat potensial untuk pasar Afrika. Dia berpromosi, selain harga produknya murah, orang Yogyakarta yang ramah, juga daerahnya aman. “Sehingga potensi perdagangan sangat besar,” ujarnya. Pada kesempatan ini, Yunastiti berharap pemerintah dapat memfasilitasi ekspor-impor kedua negara.
Data dari Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi DIY, ekspor barang dari Yogyakarta ke Afrika selama ini, antara lain ke Mesir, Maroko, Ethiopia, Senegal, dan Ganna.
BERNADA RURIT