Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Krisis Ambalat, Malaysia Ingin Ulang Sukses Rebut Sipadan dan Ligitan

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintah Indonesia diminta menjalankan prinsip efektifitas guna merespon sengketa blok Ambalat. “Jangan sampai kejadian Simpadan dan Ligitan terulang,” ujar Ahli Hukum Internasional Universitas Gadjah Mada, Sigit Riyanto, ketika dihubungi.

Sigit menerangkan, prinsip efektifitas dapat dilakukan dengan menunjukkan simbol-simbol kedaulatan negara di sekitar perairan tersebut. Hal itu bisa ditunjukkan dengan mengintensifkan patroli atau mengerahkan segala sumber daya yang ada di sekitar wilayah perairan Ambalat.

“Sumber daya yang dimiliki saat ini belum maksimal. Masalah inilah yang saya kira tengah dimanfaatkan oleh pihak Malaysia, karena Sipadan dan Ligitan dahulu bisa lepas karena kita mengabaikan prinsip tersebut,” ujarnya.

Sigit menerangkan, wilayah Ambalat saat ini memang masih dalam tahap status quo (didiamkan untuk sementara waktu). Hal itu terjadi karena kedua wilayah belum menemukan kata sepakat mengenai batas wilayah yang akan dijadikan patokan.

Persoalan muncul lantaran metodologi penentuan batas wilayah laut yang diatur dalam Konvensi 82 kerap menimbulkan persoalan, baik berdasarkan penentuan garis sama jarak atau negosiasi berdasarkan bentuk topografi dan geologis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Pengukuran kedua model pendekatan itu seringkali overlapping (tumpang tindih),” ujarnya. Bahkan, kata dia, penetuan batas berdasarkan aspek historis dan sosial di wilayah itu hingga kini juga belum menemukan kata sepakat.

Menurut ahli hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, perairan Ambalat sebenarnya masuk dalam wilayah kedaulatan Indonesia. “Karena Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan,” ujarnya.

Dengan definisi tersebut, kata Hikmahanto, Indonesia sebenarnya dapat menarik garis batas dari pulau Karang Unarang yang terletak di tenggara Pulau Sebatik. “Sebagai pengganti garis pangkal di Pulau Sipadan dan Ligitan,” ujarnya.

Menurut Hikmahanto, kekuatan perang di wilayah Ambalat merupakan pengingkaran sikap Perdana Menteri Malaysia Najib Razak ketika datang ke Indoneisa pada April lalu. “Karena saat itu dia berjanji tidak akan menggunakan kekerasan,” ujarnya.

RIKY FERDIANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Utusan Khusus Indonesia-Malaysia Bertemu Bahas Ambalat

10 Agustus 2015

Retno Marsudi. dok. TEMPO/Yosep Arkian
Utusan Khusus Indonesia-Malaysia Bertemu Bahas Ambalat

"Batas wilayah maritimnya belum selesai," ujar Retno.


Sengketa Ambalat, Kemenlu Keluhkan Ini untuk Protes Malaysia

3 Juli 2015

Pasukan Marinir TNI-AL menuju KRI Lampung di Dermaga E Markas Komando Armada Timur, Surabaya (2/1). 130 Marinir tersebut akan bertugas di perairan Ambalat,  menjaga perbatasan Indonesia dengan Malaysia. TEMPO/Fully Syafi
Sengketa Ambalat, Kemenlu Keluhkan Ini untuk Protes Malaysia

Untuk dapat melayangkan nota protes, Kementerian Luar Negeri membutuhkan informasi rinci.


Kemenlu Belum Terima Bukti Pelanggaran di Ambalat

29 Juni 2015

TEMPO/Santirta M.
Kemenlu Belum Terima Bukti Pelanggaran di Ambalat

Kementerian Laur Negeri sebenarnya sudah mengirim nota protes terkait pelanggaran wilayah udara Ambalat ke Malaysia pada Februari lalu.


Dua Kapal Militer Malaysia Kembali Masuk Ambalat

13 Oktober 2009

Dua Kapal Militer Malaysia Kembali Masuk Ambalat

Dua kapal Tentara Laut Diraja Malaysia KD YU-3508 dan KD Ganas-3503 terpergok masuk ke perairan Ambalat Kalimantan Timur.


Tujuh Kapal Perang Terus Pantau Ambalat  

4 Agustus 2009

KRI / TEMPO/Fransiskus S
Tujuh Kapal Perang Terus Pantau Ambalat  

Sekitar tiga bulan terakhir ini tidak ada lagi pelanggaran batas wilayah perairan Indonesia oleh kapal asing. "Sudah tidak ada pelanggaran perbatasan," ungkap Harapap.


Ditanya Ambalat, Menteri Pertahanan Malaysia Tolak Berkomentar

28 Juni 2009

Ditanya Ambalat, Menteri Pertahanan Malaysia Tolak Berkomentar

Kami tidak membicarakan Ambalat, juga Manohara. Itu porsinya Jakarta, kata Datuk Ahmad.


Menlu Hassan Wirajuda: Ambalat Bukan Konflik Kedaulatan

22 Juni 2009

Menlu Hassan Wirajuda: Ambalat Bukan Konflik Kedaulatan

"Tidak ada satupun negera di dunia yang punya kedaulatan pada landas kontinen," ujarnya.


Arif H. Oegroseno: Peta Malaysia Diprotes Banyak Negara

22 Juni 2009

TEMPO/Arnold Simanjuntak
Arif H. Oegroseno: Peta Malaysia Diprotes Banyak Negara

Problem awal itu Malaysia mengeluarkan Peta 1979. Pertanyaannya, mengapa mereka mengeluarkan peta itu, sedangkan perundingan sudah akan selesai.


Menteri Luar Negeri Malaysia Kritik Pers Indonesia Soal Ambalat

16 Juni 2009

Menteri Luar Negeri Malaysia Kritik Pers Indonesia Soal Ambalat

Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Anifah Aman menganggap pemberitaan tersebut marak terkait dengan pemilihan presiden di Indonesia 8 Juli ini.


TNI AL Bantah Larang Wartawan Ikut ke Ambalat

12 Juni 2009

TNI AL Bantah Larang Wartawan Ikut ke Ambalat

Tapi TNI memang membatasi publikasi menyangkut sengketa ambalat agar tak menambah panas dan berujung pada keresahan masyarakat.