"Mereka terdiri dari 15 warga Afganistan dan 25 warga Pakistan," ujar Susno kepada wartawan, Selasa (3/2).
Sekitar 33 orang di antaranya memiliki paspor sedangkan tujuh orang lainnya tidak memiliki surat-surat. Dari ke-33 orang yang memiliki paspor, 20 di antaranya sudah kadaluarsa. "Tujuh paspor kadaluarsa dari Afganistan dan sisanya berasal dari Pakistan," kata dia.
Selain itu, kata Susno, satu orang warga Afganistan masuk secara sah (legal entry), "Bukan karena terdampar." Sedangkan ada enam orang yang pernah dideportasi ke negaranya namun balik lagi. "Entah kenapa mereka begitu tertarik masuk ke Australia," ujar Susno.
Saat ini, kata dia, kepolisian telah menahan empat orang warga Indonesia yang membantu penyelundupan itu. "Haji THR sebagai organisator, TN, LN, dan HU sebagai pengemudi kapal," kata dia.
Selain keempat orang itu, polisi juga menyita sebuah kapal kayu, persediaan makanan dan logistik untuk 40 orang, telepon genggam, daftar penumpang dan paspor.
Menurut Susno, penyelundupan manusia semacam ini bukan yang pertama kali, namun terjadi hampir setiap bulan. Warga negara dari Asia, seperti Pakistan, Afganistan, Irak, Srilangka, dan Banglades sering menyelundup dengan modus terdampar atau kapal yang ditumpanginya rusak. "Namun tujuannya hanya ingin masuk ke Australia melalui Indonesia," kata dia.
Bulan lalu, sambungnya, ada empat usaha penyelundupan warga negara asing dari Indonesia menuju Australia. Usaha penyelundupan ini tidak hanya dibantu warga Indonesia saja, namun juga ada campur tangan orang asing. "Mereka itu jaringan, karenanya kami berkoordinasi dengan imigrasi dan badan internasional, UNHCR," ujar Susno.
CORNILA DESYANA