Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Ahmad Aziz, yang dihubungi melalui ponselnya, Kamis (13/11), mengatakan bahwa sejak Oktober hingga pertengahan November ini tercatat 1.188 pasien yang datang ke tempat layanan kesehatan untuk berobat. Mereka ini tersebar di lima kecamatan yakni Batu Pangnga, Mappili, Campalagia, Pekkabata, dan Anreapi.
Dari jumlah pasien diare yang terdata ini, 13 di antaranya meninggal dunia, tetapi ada lagi satu pasien dikabarkan meninggal dunia karena diare tetapi baru akan dicek kebenarannya. "Mereka meninggal karena pihak keluarga terlambat membawa ke rumah sakit, mereka dibawa saat sudah gawat dan turbornya jelek, sehingga tidak tertolong lagi," katanya. Akibat pesatnya peningkatan jumlah pasien diare maka dinyatakan Polewali Mandar KLB wilayah.
Pemicu merebaknya wabah diare dilima kecamatan ini akibat banjir yang terjadi pertengahan Oktober lalu, dimana banjir ini menjadi genangan karena tidak adanya penyaluran. Genangan ini mengakibatkan sumber air yakni sumur dan sungai tercemar. Belum lagi pola hidup masyarakat yang masih terbiasa mengkonsumsi air minum sebelum dimasak.
Untuk mencegah wabah ini menyerang berkepanjangan, pihak pemerintah telah menyiagakan posko rawan dipusat-pusat kesehatan, melakukan kaporasisa terhadap sumber air, mengkader ibu rumah tangga untuk tanggap terhadap gejalah diare dan segera memberikan oralit. Agar ini sampai di masyarakat kemarin pemerintah setempat mengumpulkan 160 kepala desa yang tersebar di Polewali Mandar.
Kendala lain adalah masih kurangnya tenaga medis, saat ini di Polewali Mandar hanya sekitar 500 tenaga medis, menurutnya jumlah ini tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah penduduk. "Tenaga medis masih kurang," katanya.
Ahmad juga menambahkan agar ada bantua dari pusat terutama alat penyaringan air agar warga bisa mengkonsumsi air bersih, serta dukungan alat-alat laboratorium yang bisa mobile sehingga lebih memudahkan.
Irmawati
Baca Juga: