Mereka telah siap menembak pesawat kita, kata Wresni menggambarkan peristiwa yang terjadi pada Rabu (3/7) sekitar pukul 17.25 WIB. Ia mengatakan, sebelumnya telah memerintahkan dua pesawat F-16 dari squadron III pangkalan Iswahyudi untuk mengidentifikasi pesawat yang terdeteksi di barat laut Pulau Bawean. Namun, ketika dua pesawat F-16 kita berusaha mengontak pesawat F-18 tersebut, pesawat itu justru mengunci (lock on) dan bersiap untuk menembak.
Menurut Wresni, lima pesawat F-18 yang dijumpai oleh dua pesawat F-16 kita sempat saling bermanuver untuk menghindari missile lock. Kemudian pesawat kita berusaha berkomunikasi dan pesawat Amerika menanyakan, apakah pesawat F-16 kita musuh atau bukan. Setelah dijawab bahwa pesawat F-16 bukan sebagai musuh maka, ketegangan mulai menurun. Mereka mengatakan berasal dari US NAVY (angkatan laut Amerika).
Lima pesawat F-18 itu ternyata berasal dari sebuah kapal induk yang melintas diperairan laut Jawa. Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh pesawat boeing 737 milik TNI AU, ternyata armada itu terdiri dari satu kapal induk, dua kapal fregat dan satu kapal tanker. Mereka mengaku memiliki izin untuk melintas.
Setelah itu, dua pesawat F-16 kita yang diawaki oleh Kapten Ian dan Kapten Fajar serta Kapten Tonny dan Kapten Satryo, meninggalkan posisi mereka. Akhirnya, dua pesawat F-16 yang dilengkapi oleh rudal AIM-9 P4 kembali mendarat dipangkalan udara Iswahyudi.
Menurut Wresni Wiro, seharusnya sesuai aturan internasioanl, pesawat tersebut harus melapor kepada air traffic controller (Pengrontrol lalu lintas udara) setempat. Juga tidak boleh melakukan provokasi, ancaman, melakukan manuver-manuver, dan sebagainya, katanya. Padahal pesawat F-18 itu, seperti data yang diterima oleh radar yang berada di Bandara Ngurah Rai, Bali, melakukan manuver-manuver. Bahkan sempat mengganggu sebuah penerbangan pesawat milik Bouraq airways. Itukan membahayakan penerbangan lainnya, katanya.
Menurut Kepala Staf Komanda Kohanudnas Marsekal Pertama IB Sanubari, manuver-manuver itu dilakukan sebagai prosedur pengamanan konvoi kapal mereka. Selanjutnya ia memperkirakan armada kapal yang berasal dari Irak tersebut sedang menuju ke Amerika Serikat dalam rangka pergantian posisi (aplus).
Pihak TNI telah mengkorfirmasi kepada Departemen Luar Negeri dan Kedutaan Besar Amerika di Indonesia mengenai hal itu. Kedutaan besar Amerika membenarkan tentang keberadaan armadanya diperairan Indonesia. Mereka mengaku izin untuk melintasi perairan Indonesia sedang dalam proses. Namun, sampai saat ini Departemen Luar Negeri masih belum menjawab.
Panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto berjanji akan mempelajari hal itu. Bila nanti ditemukan pelanggaran, ia tidak akan tinggal diam. Kita akan bawa ke Deplu untuk memprotes hal itu, ujarnya di Halim Perdanakusuma, Jakarta.
(Indra Darmawan-TNR)