Ia menyatakan hal tersebut untuk menanggapi isu pergantian KSAD Jendral Endriartono Sutarto oleh Letjen Agus Wirahadikusuma, dan Pangkostrad Letjen Ryamizard Ryacudu oleh Mayjen Kivlan Zen. Isu pergantian pimpinan di tubuh TNI AD ini merebak berkait dengan ketegangan antara pimpinan Angkatan Darat dengan Presiden Abdurrahman Wahid. Sebelumnya Presiden Wahid meminta dukungan kepada TNI AD soal kemungkinan diberlakukannya negara dalam keadaan darurat. Namun permintaan ini ditolak pihak TNI AD.
Bachtiar sendiri meragukan kebenaran isu pergantian tersebut, karena saat ini baik Agus WK maupun Kivlan Zen berstatus perwira tinggi TNI AD dan tidak memiliki jabatan struktural. Kedua jenderal tersebut tidak lagi memiliki garis komando terhadap prajurit TNI AD manapun.
Menanggapi pernyataan Kivlan bahwa meskipun tidak punya jabatan struktural di lingkungan AD, tetapi ia punya banyak pendukung yang akan membantunya mengamankan negara bila ditunjuk sebagai Pangkostrad, Bachtiar hanya tertawa. Menurut dia, adalah hak Kivlan untuk berbicara apa saja. Tetapi pada kenyataannya, seluruh prajurit TNI AD telah menyatakan loyalitas pada KSAD, dan bukan pada figur-figur tertentu di TNI AD. “Kalau tidak loyal, lepas bajunya, keluar dari TNI AD,” tandas Bachtiar.
Ketika ditanya tentang sejumlah kolonel TNI AD yang ikut bersama Agus WK dan Kivlan Zen menemui Presiden Wahid beberapa hari lalu, Bachtiar mengaku tidak tahu tentang pertemuan itu maupun siapa saja yang hadir. Sedangkan mengenai pertemuan antara KSAD dan para perwiranya di Mabes TNI AD Jumat pagi, menurut Bachtiar, acara itu hanyalah rapat internal rutin saja. Masing-masing asisten melaporkan kegiatannya pada Kasad. “Tidak ada kaitannya dengan perkembangan situasi politik sekarang ini,” kata dia. (Tjandra D)