Suhaebin mengatakan bahwa latihan bersama dengan US Navy adalah sesuatu yang rutin dilakukan TNI AL. “Hingga sekarang sudah tujuh kali,” kata dia.
Soal pengambilan lokasi latihan di Kepulauan Riau, yang relatif berada di tengah-tengah antara Aceh dan Jakarta, bukanlah sesuatu yang luar biasa. Suhaebin mengatakan, pihak AS ingin menghindari pandangan yang berkembang selama ini. “Mereka ingin membantu masyarakat seluruh Indonesia dan bukan untuk Timor Timur, Irian, dan Maluku saja,” ujarnya. Latihan-latihan sebelumnya memang lebih difokuskan di Indonesia Timur. Pihak TNI AL juga menolak bahwa latihan tersebut untuk mengantisipasi situasi politik dan keamanan yang memanas di Indonesia, terutama Aceh dan Jakarta.
Tujuan latihan itu sendiri adalah mengembangkan program-program kemanusiaan dengan prioritas masyarakat miskin di daerah pesisir Indonesia. Angkatan Laut kedua belah pihak masing-masing akan memberikan bantuan pangan, sandang, dan obat-obatan. “Kami bersama-sama mengerahkan dokter-dokter yang ada,” kata Suhaebin. Selain itu mereka juga akan memberikan vaksinasi dan memberikan contoh penggemukan hewan ternak.
Mengenai personel yang akan terlibat, Kadispen Korps Marinir (Kormar) Letkol. Marwan Mahmud mengatakan, TNI AL mengirimkan satu batalion. “Ya, paling-paling 900 orang,” kata dia. Sedangkan jumlah armada kapal yang dikerahkan adalah empat dari Indonesia dan tiga dari Amerika Serikat. Kapal-kapal US Navy itu akan berangkat dari Pangkalan Militer AS di Guam, Lautan Pasifik.
Lebih lanjut Kadispen Koarmabar mengatakan bahwa latihan juga digunakan untuk mengantisipasi gangguan-gangguan keamanan di perairan Indonesia. Dalam rapat staf beberapa hari yang lalu, Panglima Koarmabar I Putu Ardana, mengatakan bahwa perompakan di Selat Malaka dan perairan Selat Singapura meningkat pada tahun 2001. Hingga saat ini sudah tercatat 22 kali perompakan dan Pangarmabar menyatakan penganggulangan kasus perompakan harus menjadi prioritas operasi di wilayah barat. (Yudo Pramono)