Menurut Cak Duki, panggilan akrab Masduki, pernyatan sikap PP Muhammadiyah ke DPR kemarin, yang menuntut Presiden Abdurrahman Wahid mundur, adalah manuver petualangan elite politik. “Ini berbahaya, karena sudah terjebak urusan permainan politik praktis,” kata dia.
Cak Duki menambahkan, selama ini perjuangan politik partai-partai berasaskan Islam sebelumnya tidak mendukung Megawati Soekarnoputri. Alasanya, karena pertimbangan moral. “Tetapi, tiba-tiba mereka berbalik arah. Itu sikap yang inkonsistensi,” kata dia.
Cak Duki melihat PDI Perjuangan telah dijadikan alat oleh partai-partai Islam untuk mendongkel kepemimpinan Presiden Wahid. Padahal, kata dia, antara PDI Perjuangan dan partai-partai Islam terdapat perbedaan Ideologi yang saling berseberangan. Lagipula, untuk aliansi permanen, perlu kesamaan pandangan tentang politik kebangsaan.
Namun, Cak duki menilai, sebagian besar kader-kader PDI Perjuangan sudah menyadari manuver politik tersebut. Tetapi, dia tak menampik ada pula kader PDI Perjuangan yang memiliki kesamaan kepentingan dengan para petualang politik itu.
Dijelaskan pula, NU sebetulnya tidak ingin terlibat dalam urusan politik praktis. Menurut dia, NU hanya melibatkan diri pada perkara umat untuk menghindari perpecahan. “Kalau terjadi eskalasi politik, umat bisa marah,” ujar dia.
Cak Duki mempersilahkan MPR untuk menyikapi lebih lanjut soal memorandum atau Sidang Istimewa melalui Badan Pekerja MPR. Namun, dalam pandangan NU, proses kasus Bulog harus melalui peradilan dan disertai pembuktian-pembuktian secara hukum. “Perlu langkah proporsional agar rakyat tidak berdarah-darah,” ucap dia.
Mengenai rencana aksi mahasiswa menjemput kedatangan Gus Dur dari Mekah, Cak Duki menegaskan, hal itu tidak usah terlalu dikhawatirkan. Menurut dia, aksi itu hanya kelanjutan aksi sebelumnya. “Itu hak mahasiswa. Pendukung Gus Dur juga banyak, tidak perlu khawatir,” tukasnya. (H. Hilmansyah)