Harapan itu disampaikan Pake Pani dalam rapat koordinasi pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dengan instansi terkait dan IOM di Kupang, Selasa (27/2). Rapat koordinasi itu terkait dengan upaya pemulangan pengungsi Tim-Tim ke Timor Leste yang akan dilaksanakan pada 1-2 Maret 2001.
Pake Pani kepada pers di Kupang, Rabu (28/2), menjelaskan bahwa jumlah pengungsi yang akan dipulangkan Kamis dan Jumat itu berjumlah 682 jiwa, 210 di antaranya dari kalangan TNI. Mereka direncanakan akan diberangkatkan dengan menggunakan Kapal Motor Patricia Anne Hotung. Kapal ini, dijadwalkan akan tiba di Pelabuhan Tenau Kupang pada Kamis (1/3) dan akan kembali ke Dili, Timor Leste Jumat (2/3).
Dalam rapat koordinasi sehari sebelumnya, disepakati bahwa selama perjalanan dari kamp-kamp pengungsian ke tempat pemberangkatan di Pelabuhan Tenau Kupang, jaminan keamanan menjadi tanggungjawab TNI/Polri setempat. Khusus transportasi pemberangkatan dari kamp-kamp pengungsian, selain TNI dan Polri, juga disiapkan oleh Dinas Perhubungan NTT. Sedangkan konsumsi ditanggung oleh IOM dan Dinas Sosial NTT. Sementara untuk kesehatan, posko keamanan, MCK dan air bersih ditanggung oleh Dinas Sosial Kabupaten dan Walikota Kupang.
Menurut Wagub, bagi pengungsi yang berada di kamp-kamp pengungsian akan tetap berada di tempat. Mereka akan dijemput oleh petugas, sedangkan bagi yang tinggal di sekitar lokasi transit pengungsi Fatululi diminta untuk datang sendiri sehinggamemudahkan pengangkutan ke tempat pemberangkatan.
Arus pemulangan pengungsi diprediksi akan semakin membludak pada saat-saat mendatang. Sebab, mereka bertekad akan mengikuti pemilu perdana di wilayahTimor Leste pada Agustus mendatang.
Secara terpisah Deputi Politik dan Juru Bicara organisasi payung masyarakat Tim-Tim di Timor Barat Uni Timor Aswain (UNTAS), Mario Vieira, mengingatkan pengungsi Tim-Tim di wilayah itu agar tak terprovokasi bujuk rayu orang-orang tidak bertanggungjawab. Situasi keamanan di Timor Leste, kata dia, tidak memungkinkan bagi pengungsi untuk kembali ke sana dan dapat hidup damai.
"Kalau situasi kacau-balau seperti itu, untuk apa kembali ke Tim-Tim. Sebaiknya tetap tinggal di NTT dengan tetap membina kerukunan dengan sesama warga Timor Barat sebagai warga negara Indonesia yang baik," kata Mario. (Cyriakus Kiik)