Kontras menyimpulkan bahwa konflik yang mengedepankan sentimen etnis tersebut terjadi lebih merupakan ekspresi dan akumulasi kekecewaan masyarakat atas tidak tuntasnya penanganan konflik yang kerap terjadi sebelumnya. Munarman menggarisbawahi bahwa konflik yang terjadi di Kalimantan Tengah adalah implikasi langsung dari sikap aparatur negara yang tidak profesional dan parsial dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab mereka, sehingga membuka peluang bagi berkembangnya konflik seperti yang sekarang terjadi.
Dengan tidak tuntasnya penanganan konflik, hubungan antara masyarakat dari kedua etnis tersebut semakin memburuk, kata Munarman. Dalam keadaan seperti itu, munculnya isu-isu tidak bertanggung jawab dengan mudah membakar emosi warga yang memang sudah saling curiga karena tidak adanya komunikasi.
Kontras meminta agar aparat keamanan untuk secara serius bertanggung jawab dan bertindak tegas dalam menuntaskan konflik. Mereka juga mengharapkan agar Pemda segera merumuskan kembali konsep tatanan kehidupan multikultur, termasuk menjadi mediator penyelesaian konflik yang tidak hanya sebatas seremonial saja.
Seperti diketahui, kerusuhan Sampit yang terjadi sepanjang hari Minggu (18/2) telah menewaskan belasan warga di kota tersebut. Kerusuhan itu sendiri dipicu oleh terbakarnya rumah seorang warga dari etnis tertentu oleh pelaku yang diduga dari warga etnis yang lain. (Yudopramono)