Aksi ini mulai berlangsung sejak Kamis (25/1). Berbagai upaya pendekatan oleh pemerintah provinsi NTT dan aparat kepolisian setempat belum juga membuahkan hasil. Namun, berbeda dengan hari sebelumnya, para pengunjukrasa yang biasanya hanya duduk-duduk di halaman kantor gubernur, hari ini menduduki tangga yang biasa digunakan gubernur atau tamu gubernur.
Aksi ini sempat memancing kecurigaan aparat yang segera bersiaga di sekitar tangga. Namun, setelah melihat para pengungsi tidak melakukan aksi yang membahayakan, aksi menduduki tangga ini dibiarkan saja.
Beberapa sumber di kegubernuran mengatakan, kemarin siang, pukul 12.00, merupakan batas waktu bagi para pengungsi untuk meninggalkan kantor gubernur. Aparat pun sudah siap melakukan evakuasi paksa. Namun, rencana ini ditentang Gubernur NTT, Piet A. Tallo. Gubernur khawatir, evakuasi paksa hanya akan memperkeruh keadaan.
Sementara itu, sejumlah kelompok pemuda Kota Kupang kemarin juga berniat menggelar aksi tandingan. Mereka menganggap aksi para pengungsi yang sebagian besar adalah warga NTT yang tinggal di Tim-Tim melecehkan wibawa pemerintah dan masyarakat NTT. Apalagi, sempat tersiar kabar bahwa Tallo sempat disandera para pengungsi. Untunglah, rencana itu berhasil diredam.
Berkaitan dengan rencana aksi tandingan itu, sejumlah pengungsi mengaku beberapa kali mendapati sekelompok pemuda mondar-mandir di sekitar kantor gubernur dengan membawa senjata tajam. (Ronald Amapiran)