Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Babak Kedua Sengketa Gus Dur - Abu Hasan

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Apakah berdirinya PBNU tandingan sudah menandai klimaks sengketa Gus Dur-Abu Hasan ? Jawabannya: belum !

Muktamar Luar Biasa (MLB) yang digelar mendadak oleh Abu Hasan di Pondok Gede Januari lalu memang sempat membuat banyak orang tersentak. Pasalnya sederhana. NU selama ini dikenal memiliki orientasi "teologi irja'i", demikian Syafi'i Anwar, wakil pemimpin redaksi Ummat, menulis dalam majalahnya, edisi 5 Februari lalu. Maksudnya, NU mempunyai kecenderungan untuk lebih akomodatif, bukan konfrontatif, dalam menyelesaikan konflik intern. NU, seperti tercantum dalam AD/ART-nya, mengenal konsep ishlahu dzatil bain, merukunkan orang sekerabat yang sedang bersengketa.

Kaidah itu sudah terbukti efektif. Ketika terjadi "sengketa alot" antara kubu Cipete (Idham Chalid) dan Situbondo (Kiai As'ad) menjelang muktamar Situbondo tahun 1984, Kiai As'ad dan Ali Ma'shum Krapyak (keduanya sudah almarhum) melakukan "marathon" keras untuk menjembatani kesenjangan antara dua kubu itu. Akhirnya, tanpa ada intervensi dari pihak luar, sengketa itu bisa diatasi. Kubu Cipete mengalah, dengan konsesi-konsesi tertentu. Dan akhirnya, selama dua periode (1984-1989 dan 1989-1994), Gus Dur menakhodai NU tanpa ada guncangan berarti.

MLB Pondok Gede menguak kecenderungan lain. Sikap akomodatif itu ternyata mulai melapuk. Dan lahirlah PBNU tandingan. Kiai-kiai sepuh, sepertinya, gagal melakukan "mediasi". Gus Dur ngotot. Abu Hasan pun merangsek terus. Dead-lock.

Pemerintah menawarkan islah. Pihak Abu pun menyambut, tapi masih terus ngebet mempersoalkan keabsahan kepengurusan PBNU hasil muktamar Cipasung. Sementara itu pihak Gus Dur semula menolak tawaran itu, tapi akhirnya menerima dengan syarat: pihak Abu mau menerima dan tunduk terhadap hasil Muktamar Cipasung. Pihak Abu tak menggubris. PBNU mengancam, jika lepas iedul fitri kemarin pihak Abu masih "membangkang", tidak mau kembali kepada jalan yang benar (ruju' ilal haq), mereka akan terpaksa dipecat. Tanggal 14 Maret 1996 lalu, ancaman itu dilaksanakan. 19 orang dari pihak Abu Hasan, termasuk Abu sendiri dan Kiai Hamid Baidlawi dari Lasem, Jawa Tengah, "dimakzulkan" keanggotaannya dari NU.

Tapi, sengketa Gus Dur-Abu Hasan belum selesai di situ. Sengketa yang berujung pada MLB dan berdirinya PBNU tandingan itu barulah babak pertama. Sengketa ini, betapapun menggetarkan banyak warga NU, namun tempiasnya hanyalah mengenai figur-figur elit belaka. Katakanlah, sengketa "orang-orang atas": Gus Dur, Abu, Hamid Baidlawi, dll.

Sengketa babak kedua lebih luas cakupannya.

Mulanya adalah tuduhan Kiai Hamid di Muktamar Pondok Gede baru lalu, bahwa warga nahdiyyin sedang diancam dari dalam. Ancaman intervensi negara? Bukan! Yang dimaksudkannya adalah ancaman penggerogotan aqidah ahlissunnah wal jama'ah (Aswaja). Tuduhan ini diarahkan kepada Kiai Said Aqil Siradj, wakil katib Syuriyah PBNU. Kiai yang menyelesaikan S-3 di Universitas Ummul Qura, Makkah, ini dituduh telah mengkampanyekan Syi'ah di NU. Bagaimana ini terjadi?

Dua tahun yang lalu, ketika baru pulang dari Arab, Kiai Said diundang dalam sebuah diskusi terbatas oleh anak-anak muda NU. Diskusi yang juga dihadiri oleh kolumnis Mohamad Sobari itu, membicarakan gagasan Kiai Said mengenai "Penafsiran Kembali Doktrin Ahlussunnah Wal Jama'ah". Ketika itu, Kiai Said banyak mengungkap aspek-aspek yang kritis dalam sejarah pembentukan doktrin tersebut. Dia menganggap bahwa definisi doktrin Aswaja yang dibuat oleh Hadlratussyeikh K.H. Hasyim Asy'ari, "boleh dianggap memalukan, jika didengar orang lain". Pernyataan ini rupanya yang menyebabkan "sengatan" luar biasa pada kalangan kiai-kiai sepuh.

Ceramah Kiai Sa'id itu kemudian ditranskrip. Transkripsi itu, tanpa sepengetahuan kiai Sa'id, beredar ke mana-mana. Entah dibawa angin apa, transkripsi itu akhirnya juga tiba di tangan Kiai Hamid Baidlawi. Ketika menyampaikan pidato di Muktamar Pondok Gede, transkripsi itulah yang menjadi pegangan Kiai Hamid untuk menyerang Kiai Sa'id.

Beberapa hari setelah MLB di Pondok Gede itu, sebuah surat protes melayang ke PBNU. Surat itu ditandatangani 12 orang. Semuanya dari kubu Simprug (Abu Hasan). Mereka, antara lain, Kiai Hamid, Attabik Ali (putera Kiai Ma'shum Krapyak), Hasib Wahab (putera Kiai Wahab Hasbulloh), Badri Masduki (Kiai yang pernah mimpi mendapat "wangsit" tentang Pak Harto), dan Bashori Alwi. Mereka menuduh, Kiai Sa'id telah menyeleweng dari doktrin resmi NU, dan, karenanya, harus di-DO dari kepengurusan PBNU. Belakangan, kiai Badri Masduki malah mengirim surat ke majalah ,Aula terbitan PW-NU Jawa Timur. Isinya seabreg argumen yang menyatakan: Kiai Sa'id telah murtad.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Benarkah tuduhan pada Kiai Sa'id itu diarahkan hanya pada dirinya belaka?

Sementara itu pengamat beranggapan bahwa Kiai Sa'id adalah sasaran antara. "Saya kira ada benarnya itu," kata Kiai Sa'id suatu ketika. The real target tentu Gus Dur. Tentu ini tak aneh. Tuduhan pasal Syi'ah bahkan mengenai Gus Dur sendiri. Dalam berbagai kesempatan, Gus Dur selalu mengatakan bahwa secara kultural, NU ada kesamaan dengan Syi'ah. Tradisi pemujaan wali, kepercayaan pada keramat, ziarah kubur, penghormatan kepada ahlul bait (keluarga Nabi: Ali, Fatimah, Hasan, Husen), adalah sebagian tradisi yang berkembang kuat di kalangan Syi'ah. Pernyataan Gus Dur ini, oleh Kiai Hamid dan kiai-kiai yang sepaham, dianggap sebagai perasaan simpati pada Syi'ah.

Yang jelas, Kiai Hamid berhasil menarik simpati banyak kiai NU. Bagi kiai-kiai tradisional, berdirinya PBNU tandingan, barangkali, tak terlalu menjadi soal benar. Itu soal struktural yang tak menyentuh "inti" NU. Tapi, begitu menyangkut aqidah NU, kiai-kiai itu bisa marah besar. Di Jawa Timur, isu penyebaran Syi'ah di NU menimbulkan heboh. Maklum, wilayah ini, terutama daerah "tapal kuda"-nya, merupakan basis yang paling fanatik dari NU. Tanggal 11 Maret lalu, berlangsung semacam "pengadilan" atas Kiai Sa'id di Bangil. Acara itu bertempat di Pesantren Wahid Hasyim, asuhan Kiai Chalid Syakir, dihadiri oleh 70 kiai lokal serta ratusan warga nahdiyyin. Selama kurang lebih tiga jam, Kiai Sa'id, dengan didampingi Gus Dur, mempertanggungjawabkan ide-idenya. Usai acara, seorang kiai sepuh menyeruduk Kiai Sa'id, merangkulnya, sambil berseru, "Orang sebaik ini kok dituduh murtad." Para kiai, akhirnya, maklum dan dapat memahami gagasan Kiai Sa'id.

Selang tiga hari kemudian, 14 Maret, "pengadilan" berlangsung kembali. Kali ini di Madura, daerah yang paling fanatik "memeluk" (agama?) NU. Bertempat di pesantren Syaikhuna, Bangkalan, Kiai Sa'id harus berbicara mengenai ide-idenya yang "nakal" di hadapan publik awam. Dia sempat bingung. Tapi dengan dukungan Gus Dur, masyarakat Bangkalan akhirnya bisa di"maklum"kan. Konon, acara serupa akan digelar di berbagai tempat di Jawa Timur.

Berhasilkah Kiai Hamid melakukan delegitimasi atas Gus Dur? Nampaknya, dengan isu Syi'ah, dia cukup sukses. Barangkali, dengan isu itu, kubu Simprug berhasil melakukan pukulan yang "telak" pada jantung masyarakat nahdliyyin. Setidaknya, di Jawa Timur, banyak kiai termakan oleh isu tersebut. Cabang NU Pasuruan, dua bulan lalu, melayangkan surat ke PBNU, agar Kiai Sa'id dicopot.

Belum jelas, akan ke mana arah sengketa babak kedua ini. Tapi, berdasarkan pengalaman yang lampau, Gus Dur berhasil menepis segala macam isu kontroversial yang menerpa dirinya. Tahun 1988, di Pesantren Buntet, Cirebon, terjadi "pengadilan" atas Gus Dur. Juga ketika muktamar Cipasung. Dengan retorikanya yang cerdas, Gus Dur bisa mendudukkan segala soal yang semula nampak kontroversial, termasuk isu kunjungan ke Israel yang oleh majalah Gatra di"sulut-sulut" untuk membangkitkan sentimen ABG (Asal Bukan Gus Dur).

Yang jelas, dalam rapat pleno tanggal 14 Maret lalu, PBNU telah membentuk panitia khusus untuk merumuskan kembali doktrin Aswaja dan sikap yang wajar atas Syi'ah. Walhasil, manuvre Kiai Hamid dengan isu Syi'ah ini tidak seluruhnya merugikan. Perbincangan sekitar isu Syi'ah kemudian menyulut kembali diskusi yang telah lama padam mengenai doktrin Aswaja dan relevansinya dengan dunia modern. Kiai-kiai pesantren juga mulai membolak-balik buku tarikh yang lama dilupakan. Maklum, selama ini, pesantren hanya "terpesona" pada literatur fikih semata. []


Ulil Abshar-Abdalla
Peneliti pada Institut Studi Arus Informasi (ISAI)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

15 menit lalu

Agen gas tengah melayani pembeli gas LPG ukuran 3 kg dengan menunjukkan KTP di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024. Pemerintah terus mencari berbagai skenario untuk mengatur secara ketat pendistribusian gas elpiji bersubsidi atau LPG 3kg.  TEMPO/Tony Hartawan
Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

Bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai pembeli LPG 3 kg harus menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga (KK) di pangkalan atau penyalur resmi.


Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

18 menit lalu

Pasangan ganda putra Indonesia Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin jelang Piala Tjomas-Uber 2024 di Chengdu, China, Kamis (25/4/2024). (ANTARA/HO/PP PBSI)
Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

Tim bulu tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia menggelar latihan perdana di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium.


Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

43 menit lalu

Duel Timnas U-23 Korea Selatan vs Indonesia akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

Peri Sandria mengatakan gol cepat bisa menentukan hasil laga perempat final Piala Asia U-23 2024 antara Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan.


Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

49 menit lalu

Ilustrasi anak alergi. fearlessparent.org
Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya alergi pada anak selain alergen, termasuk ras dan keturunan.


USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

54 menit lalu

Para peserta yang melaksanakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2023 di kampus Universitas Sumatera Utara (USU). ANTARA/HO-Humas USU
USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

Meskipun jadwal pendaftaran Seleksi Mandiri masih belum dibuka, pada tahun 2023 sekitar bulan Juli USU sudah melaksanakan UTBK.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

55 menit lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Rekap Hasil, Top Skor, Klasemen Liga 1: Persib Bandung Menang, Arema FC Kalahkan PSM Makassar 3-2

58 menit lalu

Logo BRI Liga 1 2023-2024.
Rekap Hasil, Top Skor, Klasemen Liga 1: Persib Bandung Menang, Arema FC Kalahkan PSM Makassar 3-2

Arema FC berhasil memetik kemenangan dramatis saat menjamu PSM Makassar pada pekan ke-33 Liga 1.


Sinopsis Serial Baby Reindeer, Kisah Nyata Sang Pemeran Utama Diteror Stalker

1 jam lalu

Baby Reindeer. Dok. Netflix
Sinopsis Serial Baby Reindeer, Kisah Nyata Sang Pemeran Utama Diteror Stalker

Baby Reindeer adalah kisah nyata yang pernah dialami Richard Gadd, penulis sekaligus pemeran utama dalam serial tersebut.


Golkar Lebih Mendorong Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jabar daripada Jakarta, Apa Alasannya?

1 jam lalu

Politikus Golkar Ridwan Kamil dipanggil Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Istana Negara, pada Selasa, 12 Desember 2023. TEMPO/Daniel A. Fajri
Golkar Lebih Mendorong Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jabar daripada Jakarta, Apa Alasannya?

Jika Ridwan Kamil maju di Pilkada Jabar, Golkar akan berfokus pada pencalonan Ahmad Zaki Iskandar dan Erwin Aksa di Jakarta.


Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

1 jam lalu

Ilustrasi wanita mengenakan celana jeans ketat. AP/Alastair Grant
Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.