Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anggap LGBT Rusak Moral, Menteri Nasir Dikecam Seknas JOKOWI  

image-gnews
Menteri Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi  Muhammad Nasir menguji coba teknologi Electronic Capacity Cancer Therapy (ECCT) di CTECH Lab Edwar Technology, Tangerang Selatan, 11 Januari 2016. Alat tersebut mampu mendeteksi  penyakit kanker. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Menteri Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menguji coba teknologi Electronic Capacity Cancer Therapy (ECCT) di CTECH Lab Edwar Technology, Tangerang Selatan, 11 Januari 2016. Alat tersebut mampu mendeteksi penyakit kanker. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Iklan

TEMPO.COJakarta - Pernyataan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, yang menyebut kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) sebagai perusak moral bangsa, mendapat kecaman keras. Osmar Tanjung, Sekretaris Jenderal Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia (JOKOWI), mengatakan sikap Nasir tidak sesuai dengan cita-cita Nawacita yang diprogramkan pemerintah.

"Pernyataan M. Nasir sebagai Menristek dan Dikti, yang mengancam keberadaan LGBT melalui Support Group and Resources on Sexuality Studies (SGRC), adalah pernyataan yang sangat tidak paham Nawacita dan bertentangan dengan Mukaddimah UUD 1945 serta UUD RI," tulis Osman dalam pernyataan tertulisnya, Senin, 25 Januari 2016.

Baca juga: Dituduh LGBT, SGRC-UI Diteror Berbagai Pihak

Sikap Nasir dianggap bertentangan dengan keinginan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi seperti yang dicita-citakan Nawacita. Menurut Osman, sebuah perguruan tinggi yang menyensor dan membatasi debat akademik dan kebebasan berpendapat akan gagal mencapai maksud dan tujuan didirikannya, apalagi untuk menjadi perguruan tinggi yang mengglobal.

"Urusan LGBT tak sesuai nilai kesusilaan bukan urusannya. Nasir bukan polisi susila. Urus saja tupoksi dan program Nawacita Kemenristek-Dikti," tulisnya.

Baca juga: SGRC UI: Kami Bukan Komunitas atau Biro Jodoh LGBT

Osmar juga mengatakan sikap macam ini akan menjadi ancaman baru yang tidak perlu untuk mahasiswa dari luar negeri yang ingin melakukan studi di Indonesia. Ia juga menganggap perguruan tinggi di luar negeri akan berpikir ulang untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Karena kebebasan akademik, kebebasan berserikat, dan kebebasan berpendapat adalah jalan lurus dalam menuju perubahan bangsa melalui kampus," katanya.

Baca juga: Mahasiswa Beri Konseling LGBT, Begini Respons UI

Pernyataan Nasir muncul setelah merebaknya komunitas LGBT di sejumlah kampus, di antaranya Universitas Indonesia. Bahkan tersiar kabar ada sebuah komunitas yang melakukan bimbingan bagi orang LGBT.

Atas komentar itu, netizen pun mengambil sikap dengan meminta Menteri Nasir mencabut ucapannya. Sampai berita ini ditulis, petisi sudah ditandatangani oleh sekitar 1.250 netizen.

EGI ADYATAMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Beberapa Menteri Ini Ternyata Pernah Jadi Santri

22 Oktober 2021

Menko Polhukam Republik Indonesia, Mahfud MD memberikan keterangan pers usai melakukan kunjungan kerja pada Jaksa Agung ST Burhanuddin di Gedung Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Senin, 15 Maret 2021. Kunjungan kerja tersebut dilakukan untuk berkoordinasi serta membahas penanganan sejumlah kasus korupsi. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Beberapa Menteri Ini Ternyata Pernah Jadi Santri

Santri sukses menunjukkan perannya dalam berbagai bidang salah satunya di lingkup pemerintahan. Mulai menjadi menteri hingga presiden


Pusat Krisis Covid-19 UI Berikan Layanan Konseling

24 April 2020

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Pusat Krisis Covid-19 UI Berikan Layanan Konseling

Tim khusus FIK UI ini mengedukasi masyarakat tentang penularan, pencegahan dan tanda gejala COVID-19 hingga kesehatan mental masyarakat selama wabah.


Peringkat UI Melonjak di World University Impact Rankings 2020

24 April 2020

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Peringkat UI Melonjak di World University Impact Rankings 2020

Universitas Indonesia (UI) menempati peringkat 47 dunia sebagai perguruan tinggi yang mampu memberikan dampak bagi sosial dan ekonomi bangsa.


Cegah Covid-19, DPPM UI Salurkan Bantuan Paket Kebersihan Diri

24 April 2020

Gedung Rektorat UI. ANTARA/Feru Lantara
Cegah Covid-19, DPPM UI Salurkan Bantuan Paket Kebersihan Diri

DPPM UI menyalurkan bantuan berupa 1.368 paket kebersihan diri berupa sampo, sikat dan pasta gigi untuk menunjang sanitasi cegah Covid-19.


Ramadan, 11 Kelompok Pasien Ini Dianjurkan Tidak Puasa

24 April 2020

Ilustrasi pasien (pixabay.com)
Ramadan, 11 Kelompok Pasien Ini Dianjurkan Tidak Puasa

Dekan FKUI Ari Fahrial Syam menjelaskan ada 11 kelompok pasien yang dianjurkan tidak berpuasa selama Ramadan.


UI, UGM, IPB Masuk 100 Universitas Versi Times Higher Education

24 April 2020

Kampus UI (twitter/UI)
UI, UGM, IPB Masuk 100 Universitas Versi Times Higher Education

Berdasarkan peringkat Times Higher Education Universitas Indonesia berada di urutan ke 47, UGM 72, dan IPB peringkat 77.


Prabowo 'Bela' Jokowi, Pengamat: Pemerintah Dalam Tekanan

23 April 2020

Presiden Joko Widodo alias Jokowi (kanan) berjalan memasuki ruangan didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) sebelum rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat, 22 November 2019. Rapat ini juga membahas fasilitas perpajakan untuk penguatan perekonomian. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Prabowo 'Bela' Jokowi, Pengamat: Pemerintah Dalam Tekanan

Pengamat dari Puskapol UI menyebut munculnya Prabowo yang membela Jokowi menunjukkan pemerintah sedang dalam tekanan menghadapi Covid-19.


UI Kembangkan APD Pemurni Udara untuk Petugas Medis COVID-19

18 April 2020

Petugas medis menggunakan alat pelindung diri (APD) di dalam Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020. Pasien rujukan dalam pengawasan terkait virus corona dirawat di ruang isolasi di gedung Pinere. ANTARA/Hafidz Mubarak A
UI Kembangkan APD Pemurni Udara untuk Petugas Medis COVID-19

Inovasi APD ini diharapkan mampu melindungi para petugas medis yang bertugas merawat para pasien COVID-19.


UI Terima 1.636 Mahasiswa Baru Jalur Prestasi Akademik

14 April 2020

Gedung Rektorat Universitas Indonesia. TEMPO/Gunawan Wicaksono
UI Terima 1.636 Mahasiswa Baru Jalur Prestasi Akademik

Jumlah tersebut terdiri atas 739 calon mahasiswa program Vokasi, 640 program Sarjana Kelas Paralel, dan 257 program Sarjana Kelas Internasional.


UI Terima 1.106 Mahasiswa Baru melalui SNMPTN 2020

8 April 2020

Kampus UI (twitter/UI)
UI Terima 1.106 Mahasiswa Baru melalui SNMPTN 2020

Setelah SNMPTN 2020, ada jalur penerimaan lain yang dibuka yakni SBMPTN dan SIMAK UI. Proses seleksi ikut dipengaruhi wabah COVID-19.