TEMPO.CO, Jakarta - Erri Indra Kautsar, 20 tahun, mahasiswa semester V Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, yang menghilang diduga karena bergabung dengan organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), sempat mengirim surat berpamitan.
Sekitar Agustus 2015, Suharijono, 59 tahun, ayah Erri, menggeledah kamar putra keduanya tersebut. Kala itu Erri sudah menghilang. Suharijono menemukan secarik surat di dalam kotak kayu di laci meja kamarnya.
"Isi dari surat itu intinya pamitan dari Erri. Dia sedang pergi merantau, ingin mandiri. Jadi tidak perlu dicari," tutur Suharijono kepada Tempo di rumahnya, Selasa, 12 Januari 2016. (Baca: Ikut Gafatar, Mahasiswa Surabaya Terlacak di Kota-kota Ini)
Berikut ini isi surat tersebut:
Suharijono bercerita, terakhir bertatap muka dengan putranya, Erri pamit hendak ke luar rumah. "Bilangnya dia mau mengerjakan proyek," ujarnya. Suharijono memaklumi karena, meskipun kuliah di jurusan elektronika, anaknya sering mendapat pesanan mendesain arsitektur 3D. Erri keluar dijemput seorang temannya, yang juga merupakan anggota Gafatar. Ia hanya menenteng ransel dan membawa kardus. Rupanya, itulah saat terakhir pertemuan Suharijono dengan putra keduanya. (Baca: Gafatar Menyasar Anak Muda Pencari Jati Diri)
Suharijono melaporkan kasus hilangnya Erri kepada Kepolisian Daerah Jawa Timur pada 28 Agustus 2015. Ia juga meminta bantuan aparat Badan Kesatuan dan Kebangsaan-Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya. Bersama istrinya, Suharijono pun melacak keberadaan anaknya. (Baca juga: Gafatar Dituding Sesat, Fahri Hamzah: Silakan Membela Diri)
ARTIKA RACHMI FARMITA